iklan banner Honda atas

Bareng-bareng Piknik dari Hasil Pilah Sampah Plastik

Bareng-bareng Piknik dari Hasil Pilah Sampah Plastik

PIKNIK BERSAMA - Petugas TPS3R menggunakan uang hasil mengumpulkan sampah plastik untuk berwisata bersama tiap akhir tahun.

KOTA - Penghujung tahun menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh Abdul Mukti dan kawan-kawan, para petugas sekaligus pejuang sampah di Kota Pekalongan. Setahun penuh bergelut dengan rutinitas memilah sampah, di akhir tahun mereka akan berwisata bersama. Jauh dari sampah. Jauh dari aroma tak sedap yang tiap hari mereka sesap.

Wisata bersama itu juga terasa lebih istimewa. Selain karena kebersamaan yang tercipta, keistimewaan kian terasa karena agenda wisata itu dibiayai penuh dari lembaran-lembaran sampah tas plastik yang selama setahun mereka kumpulkan.

"Tahun 2017 kami memilih ke Yogyakarta. Kemudian tahun 2018 kami ke Baturraden," ungkap Ketua Paguyuban TPS3R Kota Pekalongan, Abdul Mukti. Tahun ini, mereka belum menentukan kemana akan piknik bersama. "Biasanya penentuan itu nanti di bulan Desember. Kami bertemu, rapat bersama untuk menentukan tempat wisata," tambahnya.

Sejak Bank Sampah Kota Pekalongan berdiri pada tahun 2017, petugas TPS3R yang tersebar hampir di seluruh kelurahan mendapatkan tugas khusus. Mereka diwajibkan untuk menyetor 100 kilogram sampah plastik ke Bank Sampah. Bukan botol atau gelas plastik, namun khusus sampah tas plastik.

Sesuai mekanisme yang diterapkan di Bank Sampah, setiap kilogram sampah tas plastik yang mereka setorkan dihargai dengan nominal tertentu. Hasilnya kemudian mereka simpan. Di akhir tahun, hasil simpanan itu mereka kumpulkan untuk berwisata. Mungkin tak setimpal. Namun bagi mereka, wisata bersama dapat meluruhkan seluruh letih yang sebelumnya terkumpul bersama ratusan kilogram sampah plastik.

Dari 24 TPS3R di Kota Pekalongan, 21 diantaranya aktif dengan 53 petugas yang mengelola. Selama satu tahun, setidaknya ada 600 ton sampah tas plastik yang disetor dalam satu tahun. Jika dinominalkan, maka terkumpul simpanan kurang lebih Rp12 juta. Para petugas TPS3R, memilih menggunakan uang simpanan untuk berwisata bersama.

"Itu sudah menjadi kesepakatan bersama. Kami memilih untuk menggunakan simpanan dari hasil menabung di Bank Sampah untuk wisata. Seluruhnya bisa dibiayai penuh dari pengumpulan sampah tas plastik ini mulai sewa bus, pembuatan kaos seragam, tiket masuk sampai konsumsi. Semua anggota juga bisa mengajak keluarga, anak dan istri," katanya.

Dikatakan Abdul Mukti, agenda wisata bersama terasa istimewa bagi para petugas TPS3R dan keluarganya. Jika membiayai secara mandiri, mungkin diperlukan uang yang tidak sedikit. Namun dengan tekun melakukan pemilahan, mereka justru dapat berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota keluarga.

"Kami sengaja memilih untuk mengumpulkan uang hasil pemilahan itu agar dapat digunakan bersama. Sehingga apa yang sudah dilakukan pata petugas TPS3R selama ini tidak hanya memberikan dampak untuk pengurangan sampah di Kota Pekalongan, tapi juga memberikan hasil yang dapat dinikmati bersama," kata pria yang juga Wakil Direktur Bank Sampah Kota Pekalongan tersebut.

Dia menambahkan, pemilahan sampah yang dilakukan di TPS3R juga memberikan tambahan penghasilan lain. Selain dari hasil menyetor sampah tas plastik ke Bank Sampah, TPS3R mendapatkan tambahan pemasukan dari penjualan sampah plastik jenis lainnya seperti botol dan gelas plastik. Khusus untuk sampah jenis tersebut, mereka menjualnya langsung ke pengepul. Hasilnya lumayan. Ada tambahan pemasukan sekitar Rp500 ribu hingga Rp700 ribu tiap bulannya. Hasil penjualan kemudian digunakan untuk operasional TPS3R dan insentif tambahan bagi petugas.

"Masyarakat sebenarnya juga dapat melakukan pemilahan di rumah masing-masing sebelum dibuang. Tapi hal tersebut masih belum banyak dilakukan karena dianggap sulit dan hasilnya tidak seberapa. Tapi kalau tekun, sebenarnya hasil yang didapat cukup lumayan," tuturnya.

Tak hanya menghasilkan pundi rupiah, upaya pemilahan sampah di TPS3R juga terbukti efektif mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan AKhir (TPA). Abdul Mukti menyatakan, sekitar 50% sampah tereduksi dalam proses pemilahan di tingkat TPS3R. Belum lagi kewajiban TPS3R untuk menyetorkan kompos sebanyak 100 kilogram per bulan dari hasil pengolahan sampah organik. Sehingga menurutnya, pemilahan sampah yang dilakukan benar-benar dapat dirasakan manfaat besarnya bagi pengurangan sampah di Kota Pekalongan. "Apalagi jika lebih banyak masyarakat yang bersedia melakukannya," tandas Abdul Mukti.(nul)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: