Disway award
iklan banner Honda atas

Mahasiswa UNS Kembangkan Teknologi Penghantaran Obat Pintar untuk Psoriasis

Mahasiswa UNS Kembangkan Teknologi Penghantaran Obat Pintar untuk Psoriasis

--

SURAKARTA, RADARPEKALONGAN.CO.ID- – Sekelompok mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menciptakan inovasi teknologi penghantaran obat modern untuk membantu pasien psoriasis. Inovasi ini menggabungkan sistem nanoemulsi pintar dengan polimer termoresponsif yang kemudian diformulasikan dalam bentuk hydrogel patch untuk meningkatkan efektivitas dan kenyamanan terapi. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi terobosan dalam penanganan penyakit kulit kronis yang hingga kini belum memiliki terapi kuratif tersebut.

Riset dilakukan tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) UNS selama Juli–Oktober 2025 di Laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS. Tim tersebut diketuai oleh Ryan Fauzy, dengan anggota Vania Maharani, Angela Bilqisth, Zaizafun Faiha, dan Fatimah Aqilah Az Zahro dari Program Studi S1 Farmasi. Penelitian ini dibimbing oleh apt. Syaiful Choiri, M.Pharm.Sci.

Psoriasis adalah penyakit kulit kronis akibat peradangan dan gangguan sistem imun. Selain menyebabkan kelainan kulit yang mengganggu penampilan, penyakit ini juga berdampak pada kualitas hidup pasien. Studi internasional mencatat bahwa penderita psoriasis mengalami beban psikologis yang cukup berat, bahkan angka bunuh diri dapat mencapai 10 persen. Selama ini, terapi konvensional psoriasis masih mengandalkan kortikosteroid topikal. Meski efektif untuk jangka pendek, penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti penipisan kulit, iritasi, hingga resistensi obat.

Inovasi yang dikembangkan mahasiswa UNS ini menggunakan nanoemulsi, yakni sistem penghantaran obat berukuran nanometer yang mampu meningkatkan penetrasi obat ke lapisan kulit lebih dalam. Nanoemulsi dikombinasikan dengan polimer termoresponsif—bahan yang merespons suhu tubuh—sehingga memungkinkan obat dilepaskan secara terkontrol saat patch menempel pada kulit pasien. Dengan demikian, pasien tidak perlu sering mengoleskan obat, dosis dapat dikendalikan lebih baik, dan efek samping dapat diminimalkan.

“Salah satu keunggulan sistem ini adalah kemampuan penargetan lokal yang lebih presisi. Obat dapat mencapai area kulit yang mengalami peradangan secara optimal,” jelas Angela Bilqisth, anggota tim riset.

 “Selain itu, hydrogel patch membuat aplikasi obat menjadi lebih praktis dan tidak lengket seperti salep biasa,” tambahnya.

Ketua tim, Ryan Fauzy, menyampaikan bahwa riset ini tidak hanya berfokus pada aspek formulasi, tetapi juga kestabilan fisik, efektivitas pelepasan obat, dan potensi penggunaannya pada pasien. “Kami sedang menyusun rencana lanjutan untuk uji preklinik, sehingga teknologi ini dapat dikembangkan lebih jauh dan siap dipatenkan,” ujarnya. 

Ia berharap riset tersebut dapat menjadi salah satu solusi inovatif dalam bidang dermatologi di Indonesia.

UNS sendiri mendorong mahasiswa untuk aktif dalam riset dan pengembangan teknologi sebagai bagian dari upaya mendukung agenda Indonesia Emas 2045. Inovasi ini menjadi salah satu bentuk kontribusi generasi muda dalam menjawab tantangan kesehatan nasional dan membuka peluang pengembangan produk farmasi dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: