Pasar Sayoor, Mudahkan Konsumen dan Produsen Jual Beli Produk Pangan Berkualitas
Nama Pasar Sayoor menjadi salah satu start up milenial yang kini tengah naik daun di Pekalongan. Start up yang diinisiasi oleh M Unggul Tri Budiaharjo (25) dan Syaroful Azka (25) ini bahkan sudah beberapa kali mendapatkan penghargaan dan prestasi. Seperti apa kisah dibalik Pasar Sayoor yang menjadi platform digital jual beli produk pangan lokal ini?
Novia Rochmawati - Pekalongan
Jatuh Bangun sempat dirasakan M Unggul Tri Budiaharjo dan Syaroful Azka saat pandemi. Bisnis FnB yang mereka geluti sempat merugi lantaran pemberlakuan PPKM. Sempat bingung, kedua sahabat karib ini pun memutuskan untuk bersantai sejenak dengan melakukan perjalanan ke Petungkriyono Kabupaten Pekalongan. Namun di perjalanan inilah inspirasi untuk mendirikan platform Pasar Sayoor muncul.
Alih-alih refreshing pikiran, kedatangan keduanya disambut dengan banyaknya sayur-sayuran yang terbuang di salah satu jalan di Petungkriyono. Penasaran akan hal tersebut keduanya lantas menanyakan kondisi tersebut ke petani. Tak hanya sekadar jawaban, tangisan pun turut dicurahkan petani kepada mereka. Petani tersebut mengaku merugi setelah tomat yang ia tanam dihargai hanya Rp500 per kilonya. Prihatin dengan kondisi tersebut keduanya pun akhirnya membeli tomat-tomat tersebut sebanyak dua kwital sesuai dengan harga pasaran normal.
"Niatnya itu mau ngopi, dan akhirnya malah ngobrol dan petaninya nangis di depan kami. Akhirnya kami bantu beli, iseng aja buat membuat mereka dengan harga lebih tinggi. Akhirnya kita coba jual, dan akhirnya kita terpikirkan untuk membuat start up yang bisa mengkoneksikan antara lokal produser dan lokal kostumer," tutur Unggul saat diwawancarai, Kamis Malam (18/11/2021).
Kembali ke kota, mereka pun justru kaget, lantaran harga tomat di kota masih terhitung cukup tinggi. Sekitar Rp8 Ribu per kilonya. Setelah ditelusuri, rantai distribusi yang panjang itulah yang menyebabkan harga sayur di petani dibeli dengan harga rendah dan dijual ke pembeli dengan harga tinggi. Permasalahan inilah yang akhirnya digarap keduanya untuk menjadi peluang baru di tengah pandemi dengan platform Pasar Sayoor mulai Agustus 2020 lalu.
"Tomat yang di Petungkriyono itu dijual ke Dieng dengan harga murah. Sedangkan tomat yang ada di Kota Pekalongan itu belinya dari Dieng. Nah jadi tomat yang di kota itu udah muter-muter dulu. Sehingga harganya mahal. Oleh karenanya dari permasalahan ini kami lihat ada peluang, bagaimana tetap petani dapat harga yang lebih tinggi dan sampai ke konsumen dengn harga wajar," ujar Unggul.
Perlahan pamor Pasar Sayoor pun mulai dikenal masyarakat. Terlebih sejak adanya kebijakan PPKM yang membuat masyarakat cenderung membeli secara online. Hal ini lantaran Pasar Sayoor dapat diakses secara daring dengan hanya mengklik website ataupun melalui WhatsApp. Jam pengantaran pesanan pun bisa disesuaikan sesuai dengan waktu luang pembeli.
"Jadi pembeli bisa langsung mengakses website kami atau melalui WhatsApp. Nantinya ada katalog harga dari produk-produk yang kami tawarkan. Kemudian nantinya pembeli bisa menggunakan pembayaran non tunai ataupun tunai melalui cash on delivery," imbuhnya.
Tak hanya kalangan rumahan saja, Pasar Sayoor pun perlahan turut merambah ke mitra besar seperti pondok pesantren, restoran, rumah sakit, sekolah dan lainnya. Dan kini Pasar Sayoor sudah bekerja sama dengan puluhan produsen, tak hanya petani, tetapi juga peternak dan produsen lainnya. Total dan sekitar 160 jenis produk yang sudah disediakan Pasar Sayoor.
Berhasil merangkul dan membantu petani dan produsen, peran Pasar Sayoor turut diapresiasi banyak pihak. Pasar Sayoor pun beberapa kali mendapatkan prestasi dan penghargaan. Seperti masuk 20 start up terbaik Hetero for Start Up Pemprov Jateng. Tak hanya itu, Pasar Sayoor terpilih menjadi satu-satunya start up teknologi perwakilan Eks Karesidenan yang maju ke event Apresiasi Kreasi Indonesia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Solo, Oktober lalu.
"Mohon doa restunya, bulan Desember nanti kami juga akan maju kembali ke event puncak Apresiasi Kreasi Indonesia di Jakarta nanti," imbuh alumnus Universitas Muria Kudus ini.
Tak hanya merambah produk jasa penyedia pangan, bersama Bumdes Sukses Jaya Desa Pantianom Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, pihaknya kini merintis Sayoor Farm. Adanya Sayoor Farm ini diharapkan bisa menjadi cikal bakal laboratorium pertanian yang bisa menjadi sarana edukasi dan riset bagi masyarakat, khususnya terkait hidroponik.
Kepala Desa Pantianom Kecamatan Bojong, Siswo Saputro mengapresiasi kerjasama desanya dengan Pasar Sayoor. Dengan kerja sama ini pihaknya mendapatkan pembinaan sekaligus promosi produk
dan wisata edukasi Green House Pantianom. Menurutnya kini banyak masyarakat luas yang semakin mengenal Pantianom lewat adanya Sayoor Farm ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: