Alami Demam Paska Pergi Ke LN, Satu Pasien di RSUD Kajen Diisolasi
KAJEN - Seorang pasien perempuan di Kabupaten Pekalongan dirawat di ruang isolasi di RSUD Kajen. Pasalnya, ia mengeluh demam tinggi paska bepergian ke luar negeri, dan saat di dalam pesawat ada penumpang dari negara Cina.
Sebagai langkah antisipatif sesuai dengan SOP yang ada, pihak RSUD Kajen pun mengisolasi pasien itu. Hingga kemarin, pasien ini masih dirawat diisolasi dan jika kondisi sudah membaik akan dipindah ke ruang perawatan.
Pasalnya, dari hasil diagnosa yang ada, pasien ini bukan suspek corona. Pasien ini didiagnosa mengalami prolonged fever atau demam berkepanjangan, tipus, demam tifoid, dan infeksi saluran pernafasan atas.
Kabid Pelayanan Medis RSUD Kajen dr Imam Prasetyo, meminta maaf atas postingan yang viral di medsos atas dugaan pasien suspek corona di ruang isolasi RSUD Kajen. Menurutnya, status itu diposting oleh pegawai RSUD Kajen. Pihaknya juga sudah memberikan pembinaan kepada pegawai tersebut.
"Kami mohon maaf yang memposting di facebook dari pegawai RS tapi bukan perawat. Sudah terlanjur viral maka perlu diklarifikasi. Kami sudah lakukan pembinaan dan tindak lanjut kepada pemposting. Share harus resmi dari rumah sakit. Hal ini sudah membuat kegaduhan," terang dia.
Disebutkan, pasien itu sudah dirawat di ruang isolasi sejak dua hari lalu. Menurutnya, pasien itu mengeluh demam sejak 3 Februari 2020 dan disertai batuk. Sebelumnya, lanjut dia, pasien ini bepergian ke Malaysia pada 1 Februari 2020.
"Pasien itu pulang dari Malaysia pada 3 Februari, dan mendarat di Bandara Ahmad Yani. Dalam satu pesawat yang ditumpanginya, ada warga negara Cina. Saat dibandara, warga Cina itu diisolasi, dan pasien ini boleh pulang," kata dia.
Dikatakan, untuk penumpang dari Cina yang diisolasi itu belum diketahui apakah suspek corona atau tidak. Setelah tiba di rumah, pasien ini mengeluh demam dan dirawat di ruang isolasi RSUD Kajen. Setelah menjalani perawatan, ia memastikan pasien itu bukan suspek corona.
"Masa inkubasi corona itu 2 sampai 14 hari. Jika pasien itu berangkat tanggal 1 Februari, maka pasien itu sudah melewati masa inkubasinya. Secara teknis, jika corona pasti kondisinya sudah jelek. Jika kondisi membaik ya seharusnya sudah membaik tidak ada keluhan. Namun hingga kemarin pasien masih mengeluh panas tinggi," terang dia.
Disebutkan, dari segi pemeriksaan rontgen hasilnya bagus, tidak menunjukan adanya pneumonia dan tidak sesak. "Pasien hanya panas dan batuk," terang dia.
Menurutnya, dari hasil pemeriksaan laboratorium, diagnosanya tipus positif, bukan suspek corona, tapi prolonged fever atau demam berkepanjangan, demam tifoid, dan infeksi saluran pernafasan atas.
"Setelah dirawat dua hari, pasien ini sudah membaik. Demam turun dari 39 derajat celcius menjadi 36 derajat celcius. Kondisi suhu tubuh sudah baik dan tanda vitalnya sudah baik," ujar dia.
Diakuinya, pasien itu dirawat dulu di ruang isolasi sebagai bentuk kewaspadaan dan sesuai dengan SOP. "Ini bentuk kewaspadaan dan sesuai SOP, maka dirawat di ruang isolasi dulu. Kita juga konsultasikan ke bagian lab patologi klinik kita untuk dilakukan swab tapi karena tidak suspek, maka tidak dilakukan swab. Swab ambilnya di tenggorokan bagian dalam dan hasilnya dikirim ke Jakarta tapi bukan suspek ya tidak dilakukan itu," kata dia.
Ditandaskan, pasien itu tidak suspek corona. Disebutkan, ciri-ciri suspek corona di antaranya, panas 2 sampai 14 hari, disertai batuk, sesak napas dan rontgen ditemukan pneumonia, dan ada riwayat kontak dengan penderita corona. "Apabila kondisi sudah membaik akan segera dipindahkan ke ruangan," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: