Produktivitas Padi Berbeda Antara Daerah Bawah dan Atas

Produktivitas Padi Berbeda Antara Daerah Bawah dan Atas

PETUNGKRIYONO - Akibat kondisi iklim mikro dan lahan yang berbeda, disparitas produktivitas tanaman padi antara daerah pegunungan dengan daerah bawah cukup tinggi.

CABUT BENIH - Tati, petani di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, tengah mencabut bibit padi untuk ditanam di sawah miliknya. Hadi Waluyo

Satu hektare sawah di wilayah atas hanya mampu menghasilkan rata-rata 3 ton gabah, sedangkan di daerah bawah produktivitasnya antara 6 ton-11 ton perhektarenya.

Untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi di wilayah pegunungan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pekalongan memberikan bantuan benih padi unggul yang sesuai dengan kondisi di wilayah tersebut. Selain itu, ke depan petani di wilayah pegunungan akan dilatih sistem pengolahan lahan dan pemupukan. Dengan tiga pembenahan itu, diharapkan produktivitas padi di daerah atas akan meningkat.

Kepala DKPP Kabupaten Pekalongan, Siswanto, Senin (18/3), menerangkan, sejak tiga tahun lalu Bupati Asip Kholbihi sudah menginstruksikan DKPP untuk meningkatkan produktivitas padi di pegunungan, sebab disparitasnya cukup tinggi dibandingkan wilayah bawah. "Kondisi cuaca dan tanahnya berbeda, makanya produktivitasnya jauh dibandingkan daerah bawah. Daerah pegunungan rata-rata 3 ton perhektare, sedangkan daerah bawah antara 7-11 ton perhektarenya," terang Siswanto.

Instruksi bupati itu, lanjut dia, ditindaklanjuti dengan bantuan benih padi unggul untuk petani di daerah atas. Bantuan itu di antaranya untuk 335 hektare sawah di Kecamatan Kandangserang dengan benih padi unggul jenis Inpari32, Ciherang, dan Situbagendit, dan 270 hektare sawah di Kecamatan Paninggaran dengan bantuan benih jenis Inpari33.

"Dengan intervensi bantuan benih unggul ini sudah menunjukan hasilnya. Hasil panen padi di Kandangserang bulan Januari lalu sudah naik dari 3 ton perhektare menjadi 5,1 ton perhektare. Sudah ada kenaikan sekitar 2 ton perhektarenya. Ini baru perlakuan benih unggul," ujar dia.

Ke depan, lanjut dia, DKPP akan memberikan perlakuan rekayasa tanah dan pupuk. Diharapkan, dengan tiga perlakuan tersebut (bibit unggul, rekayasa lahan, dan pupuk) maka disparitas produktivitas padi antara daerah atas dengan daerah bawah bisa ditekan. Meskipun diakuinya, produktivitas sawah daerah atas tidak akan bisa menyamai daerah bawah karena karakteristiknya berbeda.

"Selain faktor cuaca dan kondisi tanahnya, sawah di pegunungan banyak sekali pematangnya karena bentuknya terasiring. Satu hektare sawah di pegunungan, sekitar 80 persen yang berbentuk hamparan sawah, 20 persennya untuk pematang," katanya.

Sementara itu, Tati, petani dari Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, mengaku menanam padi jenis Umbul. Dalam satu petak sawah yang diolahnya, ia mampu menghasilkan sekitar 6-7 karung gabah, dengan masa panen sekitar 5 bulan. "Saya tidak jual hasilnya, hanya untuk kebutuhan sendiri," terang dia. (ap5)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: