Progres Pembangunan Tanggul Darurat Sudah 90%

Progres Pembangunan Tanggul Darurat Sudah 90%

KOTA - Pembangunan tanggul darurat untuk menangani masalah banjir rob di Kota Pekalongan sudah hampir rampung. Dari 10 titik lokasi pembangunan, capaian progres sudah mencapai 90%. Hanya ada dua titik tanggul yang progresnya masih lambat yakni tanggul di titik pertemuan antara Sungai Loji dan Sungai Sibulanan dan tanggul darurat segmen Degayu.

Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) pada DPUPR Kota Pekalongan, Khaerudin menjelaskan, batas waktu penyelesaian tanggul darurat di 10 titik tersebut maksimal pada 7 Juli 2020. Namun dia memperkirakan pada awal Juli sebagian besar tanggul sudah rampung. "Maksimal 7 Juli tapi awal Juli kami perkirakan sebagian besar selesai," tuturnya, Rabu (24/6/2020).

Namun untuk dua titik pengerjaan yakni segmen Degayu serta titik pertemuan arus dari Sungai Sibulanan dan Sungai Loji, dikatakan Khaerudin memang menjadi catatan. Untuk tanggul di titik pertemuan arus dari Sungai Sibulanan dan Sungai Loji, dikatakan Khaerudin dibutuhkan konstruksi yang berbeda karena arusnya cukup deras.

"Jika di titik lain tanggul hanya menggunakan batang dan sesek bambu untuk konstruksi luar namun di titik tersebut harus menggunakan kayu glugu untuk konstruksi luar. Kami tancapkan kayu glugu setinggi dua meter ada 30 buah karena di sana arusnya memang kuat," jelasnya.

Sedangkan untuk tanggul darurat segmen Degayu, dia mengatakan bahwa aksesnya memang sulit. Dengan panjang 800 meter dan melintang di tengah tambak, material tanggul harus diangkut dengan perahu. "Karena titik yang dikerjakan ada di tengah tambak. Jadi material berupa tanah, karung dan lainnya harus diangkut menggunakan perahu. Ini menjadi kesulitan tersendiri," tambahnya.

Selain dua titik itu, juga ada satu titik lain yang juga diperlukan upaya tersendiri yakni di titik Tirto Meduri. Di lokasi itu, pembangunan tanggul darurat terkendala bangunan milik warga yang menjorok ke sungai. Karena kondisi itu, bahkan ada beberapa titik tanggul yang harus melewati bagian dalam bangunan warga.

Mengenai efektifitas tanggul darurat yang sudah berdiri, dia menyatakan bahwa di beberapa titik keberadaan tanggul darurat sudah dirasakan manfaatnya. Seperti di Randujajar yang walapun pengerjaannya belum 100% namun sudah efektif mengurangi genangan banjir rob di wilayah sekitar.

"Randujajar itu termasuk yang parah karena sudah pernah jebol tiga kali. Tapi sekarang sudah cukup kuat. Walaupun masih tanggul darurat minimal kami perkirakan dapat bertahan selama lima hingga enam bulan dengan catatan air tidak naik lebih tinggi dari yang sudah kami bangun," katanya.

Kemudian tanggul di titik dermaga barat Slamaran juga sudah dirasakan efektifitasnya untuk menahan laju air dari Kali Mati. "Untuk di titik dermaga barat itu juga sudah cukup bisa menghalangi air agar tidak menyeberang ke tambak dan ke pemukiman," jelas Khaerudin.

Sedangkan untuk titik lainnya, secara umum pembangunan berjalan baik dan efektiftasnya juga sudah dirasakan karena hanya dibutuhkan penambahan ketinggian dari tanggul eksisting. Diketahui, pembangunan tanggul darurat di 10 titik didasarkan pada survey yang dilakukan awal Juni lalu saat banjir rob menggenangi sejumlah wilayah Kota Pekalongan. Ke 10 titik tanggul tersebut dinilai menjadi penyebab masuknya banjir rob ke pemukiman warga.(nul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: