Ruang Kelas Terendam Banjir, Pelajar SMPN 3 Tirto Belajar di Masjid
TIRTO - Banjir mengepung lingkungan SMPN 3 Tirto di Desa Karangjompo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Hingga Kamis (27/2/2020), ruang kelas masih terendam banjir dengan ketinggian air sekitar 30 cm hingga 50 cm. Di luar kelas, banjir masih setinggi pinggang atau sekitar 70 cm.
Meskipun kondisi sekolah dan akses menuju ke sekolahan hampir terdampak banjir, ratusan pelajar dan guru di sekolahan ini tetap semangat berangkat ke sekolah. Mereka tiap hari berjibaku dengan banjir yang cukup dalam. Sepatu pun dilepas, atau mereka memakai sandal ke sekolahan.
Tidak semua anak berangkat ke sekolahan ini. Pasalnya, banyak di antara mereka yang ikut orang tuanya mengungsi di posko-posko pengungsian di sekitar desa tersebut. Sekitar 70 persen hingga 80 persen anak yang kemarin berangkat sekolah.
Untuk proses kegiatan belajar mengajar pun dipindah ke masjid. Sebab, ruangan kelas masih tergenang air. Akibatnya, proses KBM tidak berjalan maksimal, karena seluruh pelajar dari kelas 7,8, dan 9 dipusatkan KBM-nya di masjid.
"Proses belajar mengajar hingga sekarang dipindah di masjid. Seluruh kelas, dari kelas 7,8, dan 9. Total keseluruhan anak di sini ada 259 pelajar," terang Kepala Sekolah SMPN 3 Tirto, Sunardi, dikonfirmasi Radar, Kamis (27/2/2020).
Diterangkan, ketinggian air di dalam ruang kelas 30 cm hingga 50 cm, sedangkan di luar ruangan hampir sepinggang (70 cm hingga hampir 1 m).
"Semua lingkungan sekitar sekolahan ini terendam banjir secara merata, sehingga tanggul keliling sekolah terlintasi air. Pompa yang ada pun tidak bisa menyedot air. Pada hari apa kami tidak memprediksi banjir setinggi itu, sehingga mesin pompa kami juga terendam. Sampai saat ini air di luar masih tinggi, sehingga air belum bisa disedot dengan pompa," kata dia.
Disebutkan, total keseluruhan pelajar di SMPN 3 Tirto sebanyak 259 anak. Namun, selama banjir melanda wilayah itu, tidak semua anak bisa berangkat sekolah karena ada di antara mereka berada di lokasi pengungsian.
"Untuk hari ini yang berangkat sekitar 70 persen hingga 80 persen. Kita juga memahami keadaan yang ada, sehingga tidak memaksa anak harus tetap berangkat," ujar dia.
Dikatakan, selama ruang kelas tergenang air, proses belajar mengajar dipindah ke masjid. Secara berkelompok, anak-anak ini duduk di lantai masjid untuk mengikuti KBM.
"Kita buat kelompok kelompok di masjid, akhirnya KBM tidak bisa maksimal, sehingga anak lebih banyak aktif mengerjakan soal. Guru menerangkan di papan tulis sambil teriak-teriak kan sulit juga," kata dia.
Proses KBM pun tidak full. Artinya, menjelang Dhuhur anak-anak biasanya sudah dipulangkan. Hal ini sebagai langkah antisipatif juga jika banjir kian tinggi di siang hingga sore hari.
"Bahaya juga untuk anak-anak jika banjirnya kian tinggi," imbuhnya. (had)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: