Angka Kemiskinan Terjun Bebas
KAJEN - Persoalan pengentasan kemiskinan masih menjadi pekerjaan rumah yang menjadi salah satu program prioritas Pemkab Pekalongan. Pada tahun 2019 ini jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pekalongan sebesar 87.010 jiwa atau 9,71 persen.
Pada awal dilantik menjadi kepala daerah pada tahun 2016, Bupati Asip Kholbihi dan Wabup Arini Harimurti masih bergelut dengan jumlah penduduk miskin Kabupaten Pekalongan sebanyak 111 ribu jiwa, atau 12,90 persen. Berbagai program inovatif pun ditelurkan oleh Bupati Asip Kholbihi untuk mengatasi persoalan ini. Angka kemiskinan pun turun drastis dalam tiga tahun kepemimpinan Asip-Arini.
Dengan upaya serius yang melibatkan banyak pihak, angka kemiskinan ini pun terjun bebas hingga single digit di tahun 2019.
Bupati Pekalongan Asip Kholbihi saat bersilaturahmi di Kantor Radar Pekalongan, Sabtu (7/3/2020), menyatakan, masih ada masalah yang perlu ditangani bersama. Salah satunya adalah kemiskinan. Meskipun angka kemiskinan di Kabupaten Pekalongan turun drastis dari 12,90 persen di tahun 2016 menjadi 9,71 persen di tahun 2019 ini.
"Pada tahun 2016 ada 111 ribu penduduk miskin, dan sekarang tinggal 87 ribu," terang Bupati.
Untuk mengentaskan kemiskinan, ia membuat program inisiatif progresif dengan membuat laboratorium kemiskinan. Menurutnya, laboratorium kemiskinan ini untuk membedah lebih teliti karakter kemiskinan berbasis kewilayahan, sosio kultur, dan lainnya. Dari situ lah dilakukan intervensi program atas persoalan kemiskinan berdasarkan karakter kewilayahan, kondisi sosio kultur masyarakat, dan pendekatan faktor lainnya.
"Kita membuat laboratorium kemiskinan di tiga desa berdasarkan karakteristik kewilayahan. Yakni, kemiskinan pesisir di Desa Mulyorejo, Kecamatan Tirto, kemiskinan perkotaan atau urban poor di Kertijayan, Kecamatan Buaran, dan kemiskinan pedesaan atau wilayah sekitar hutan di Desa Botosari, Kecamatan Paninggaran," terang Bupati.
Menurutnya, ketiga desa itu tingkat kemiskinannya tinggi. Dengan dijadikan laboratorium kemiskinan sehingga ada intervensi yang dilakukan saat ini dua desa yakni Desa Mulyorejo dan Botosari sudah tidak masuk desa miskin lagi.
"Yang Kertijayan karena ini urban poor kita akan akan melakukan pola lain untuk mengentaskan kemiskinan di desa itu," kata dia.
Setelah laboratorium kemiskinan berhasil mengangkat desa miskin menjadi desa tidak miskin, maka program itu akan direplikasi di 10 desa pada tahun 2019 ini. "Target kita dari 87 ribu bisa menjadi 60 ribu sampai 50 ribu," ujar dia.
Sehingga, lanjut dia, secara teori angka kemiskinan diharapkan tinggal 6 persen di lapis paling bawah, dimana angka 6 persen ini merupakan kemiskinan absolut.
"Kebijakan sudah dilakukan, berbagai upaya dari kita juga sudah dilakukan tapi mereka tetap miskin, namun kita tidak bisa melakukan pembenaran. Kita tetap akan melakukan berbagai upaya agar mereka tidak lagi miskin," tandas dia.
Menurutnya, cara paling cepat mengatasi kemiskinan adalah melalui bidang pendidikan dan kesehatan. Dikatakan, daerah dengan kesehatan buruk dan pendidikan rendah, tingkat kemiskinannya tinggi.
"Kami sudah punya petanya, sehingga penanganan akan lebih fokus lagi. Target 7 persen sungguh tidak mudah di kondisi saat ini, namun kita punya obsesi untuk bisa mencapai angka itu," imbuhnya. (had)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: