Angka Stunting Sangat Tinggi
*Di Atas Angka Nasional
KAJEN - Kasus stunting atau kuntet (cebol) di Kabupaten Pekalongan masih sangat tinggi. Dari sekitar 71 ribu balita, sebanyak 3.200-an balita atau 32 persen diindikasikan mengalami stunting. Angka stunting di Kabupaten Pekalongan di atas angka stunting nasional yang berada di angka 30,8 persen.
Ambang batas prevalensi stunting dari WHO mengategorikan angka stunting 20 sampai kurang dari 30 persen sebagai tinggi, dan lebih dari atau sama dengan 30 persen sangat tinggi. Oleh karena itu, persoalan stunting menjadi isu nasional yang harus diatasi, sebab menentukan nasib generasi ke depannya.
Dalam rangka mendukung program Jokowi untuk Indonesia lebih sehat, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) dalam rangka Hari Bakti Dokter Indonesia menggelar seminar tentang deteksi dini dalam rangka penurunan stunting di Kabupaten Pekalongan di Pendapa Rumdin Bupati, Rabu (25/9).
Bupati Pekalongan Asip Kholbihi usai membuka seminar itu menyatakan, kasus stunting di Kabupaten Pekalongan masih cukup tinggi. Dari sekitar 71 ribu balita, indikasi stunting ada sekitar 3 ribu balita, atau sekitar 32 persen.
"Dari sekitar 3 ribu anak berpotensi stunting ini sudah kita petakan. Lokusnya ada dimana kemudian latar belakang sosialnya seperti apa. Seminar kali ini akan memberikan jawaban kemudian akan ada action plan, karena seminar diikuti PKK, GOW, Aisiyah, Muslimah, Fatayat, NA, dan seluruh organisasi perempuan di Kabupaten Pekalongan," ujar Bupati.
Diharapkan, stunting menjadi persoalan serius karena tujuannya untuk mempersiapkan generasi yang lebih baik untuk masa depan. "Jangan sampai anak ini kuntet, anak kerdil, tapi sebenarnya maknanya lebih luas lagi. Yang lebih penting adalah mempersiapkan generasi yang sehat," tandas Asip.
Disebutkan, salah satu persoalan bangsa yang cukup serius dalam rangka menyiapkan generasi ke depan yang sehat, memiliki daya saing, dan daya juang tidak mudah. Menurutnya, salah satu persoalan yang mengemuka sejak tahun 2017 adalah isu stunting atau kuntet, dan ini persoalan serius yang harus diatasi bersama-sama.
"Secara kuantitatif, jumlah balita 71 ribu balita, diindikasikan stunting sekitar 3200-an atau 32 persen, angka ini cukup tinggi, bahkan melebihi angka stunting tingkat nasional. Ini PR kita bersama. Ini membutuhkan kolaborasi. Mari tolong-menolong dalam kebaikan untuk menyelamatkan generasi ke depan. Jika ini kita biarkan maka kita meninggalkan jejak yang jelek kepada generasi ke depan. Kita sudah punya by name by adress. Nanti treatmentnya apa, nanti ayo tulung bergerak bareng-bareng dengan pemkab untuk menyelesaikan persoalan ini, " katanya.
Dikatakan, stunting itu terkadang akibat perilaku kehidupannya belum diedukasi. Masyarakat belum tahu jika saat hamil harus mendapatkan asupan gizi yang memadai. Kedua, lanjut Bupati, ada persoalan budaya. "Di Pekalongan masih ada budaya begitu hamil langsung ngapiki," ujar dia.
Bupati juga menyampaikan, salah satu penyebab stunting dari perspektif Kementerian PUPR adalah karena kualitas air yang buruk. Untuk itu, pemkab bertekad melakukan upaya penyehatan lingkungan, di antaranya melarang limbah dan sampah dibuang ke sungai.
Bupati menargetkan, pada tahun 2021 persoalan stunting secara kualitas dan kuantitas menurun.
Ketua Panitia Nur Ali Azis, mengatakan, stunting merupakan salah satu isu nasional. Oleh karena itu, topik ini diangkat dalam kegiatan Hari Bakti Dokter Indonesia.
Ketua IDI Pekalongan Zaenal Arifin, menyatakan, program Jokowi adalah Indonesia lebih sehat. Program ini diawali dari anak kecil. Jika sejak dini stunting bisa diketahui, maka bisa lebih cepat ditangani.
"Stunting bukan sekedar cebol, tapi daya pikir dan kesehatan menurun semua. Saya punya usul nanti dilombakan mereka. Ketrampilannya dan kepintarannya kita lombakan. Stunting bukan hanya cebol dan tidak pintar tapi stunting juga bisa pintar," tandas dia. (ap5)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: