Bencana Kian Meluas, Satu Early Warning Sistem Rusak

Bencana Kian Meluas, Satu Early Warning Sistem Rusak

**Ganjar: Niteni Bencana Dengan Ilmu Titen

PUTING BELIUNG - Sebuah kanopi rangka baja ringan mampu terbang sejauh 20 meter di atas atap rumah saat puting beliung menyapu Perumahan Pesona Griya Karanganyar 2 di Desa Kulu, Kecamatan Karanganyar, kemarin siang.

KESESI - Bencana alam di Kabupaten Pekalongan kian meluas, baik itu longsor, banjir, dan sapuan angin kencang atau puting beliung. Meskipun hingga kini skalanya masih relatif kecil.

Bencana alam angin kencang bahkan telah merenggut nyawa seorang pengendara motor bernama Tarmuji (61), warga Desa Nyamok, Kecamatan Kajen. Korban tewas tertimpa pohon tumbang saat melintas di Jalan Raya Kajen - Paninggaran.

Puluhan rumah di Desa Pacar, Kecamatan Tirto, terendam banjir. Untuk mengatasi banjir di desa ini, BPBD Kabupaten Pekalongan telah memasang pompa air bantuan dari DPU dan Taru, kemarin.

Bencana longsor pun telah terjadi di wilayah atas. Delapan rumah warga di Kecamatan Paninggaran rusak diterjang longsor. Yakni, rumah milik Hermanto (57), warga Dukuh Blanding RT 05 RW 01, Desa Botosari, Toari (50), warga Dukuh Gunung Atas RT 02 RW 05, Desa Paninggaran, Slamet (40), warga Dukuh Kembang RT 2 RW 3, Desa Sawangan, dan Casmad (50), warga Dukuh Tamansari, Desa Tanggeran.

Disusul longsor kemarin mengakibatkan empat rumah warga di Desa Lambanggelun rusak. Masing-masing milik Supandi di Dukuh Mandelun, Salim (45) dan Catri (56) di Dukuh Sasak, dan rumah milik Rohman di Dukuh Bojongireng.

Setelah menyapu Desa Watupayung, Kecamatan Kesesi, sapuan angin puting beliung kemarin siang juga terjadi di Perumahan Pesona Griya Karanganyar 2 di Desa Kulu, Kecamatan Karanganyar. Sedikitnya lima rumah warga di Blok M mengalami kerusakan cukup parah di bagian dapur, yakni milik Apriyadi Prasetyo, Nuke, Ariyah, Rendra, dan Budi.

Akibat disapu angin puting beliung, kanopi rangka baja ringan dengan panjang 4 meter di rumah Rendra mampu terbang melewati atap rumah sejauh 20 meter. "Kita akan melaporkan kejadian angin puting beliung ini ke BPBD Kabupaten Pekalongan," ujar Kades Kulu, Setyo M, saat memantau kondisi di perumahan itu, kemarin siang.

Kepala BPBD Kabupaten Pekalongan Budi Raharjo, menyatakan, untuk mendeteksi ancaman tanah gerak dan longsor telah dipasang enam alat Early Warning Sistem (EWS), yakni di Desa Curugmuncar, Kecamatan Petungkriyono, Desa Kaliombo dan Werdi di Kecamatan Paninggaran, serta Desa Bojongkoneng, Luragung, dan Desa Wangkelang di Kecamatan Kandangserang. "Terakhir dicek EWS yang rusak di Desa Wangkelang," terang dia.

ILMU TITEN

Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo ditemui usai meresmikan Jembatan Kesesi, kemarin siang, menyatakan, dalam menghadapi ancaman bencana alam saat musim hujan yang paling gampang sekarang menggunakan kearifan lokal, yakni ilmu titen.

"Jadi niteninya gampang. Jika hujannya deras ndak usah lihat curah hujannya seberapa. Jika hujan deras lebih dari satu jam, deras sekali, wis siap-siap ngungsi karena rawan banjir," ujar Ganjar.
Menurutnya, tanah longsor juga bisa diamati dari retakan tanah di bukit atau dataran tinggi.

Oleh karena itu, kata Ganjar, sekarang yang harus disiapkan, yaitu bagaimana cara mengevakuasi, tempat evakuasi, jalan yang digunakan evakuasi, dan apa yang harus dibawa oleh masyarakat saat terjadinya bencana.

"Mitigasi yang seperti ini harus diajarkan ke masyarakat," ungkapnya. Menurutnya, ada lagi satu cara menghidupkan ilmu titen, yaitu menghidupkan kembali kenthongan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: