Biaya Perawatan Naik, Omset Turun

*Nasib Penjual Hewan Kurban di Tengah PMK
KENDAL - Wabah penyakit mulut dan kaki (PMK) pada hewan ternak telah menjadi pukulan berat bagi para peternak/penjual hewan kurban. Menjelang Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban, alih-alih bisa panen keuntungan seperti tahun-tahun sebelumnya, para penjual hewan kurban justru menelan pil pahit karena turunnya omset hingga 30 persen.
Seperti dialami Edi Subiyanto, pedagang sapi di Desa Lanji, Kecamatan Patebon Kendal, hinggap sepekan menjelang Hari Raya Idul Adha atau Idul Qurban, penjualan sapi untuk kurban baru terjual sebanyak 45 ekor. Padahal pada tahun-tahun sebelah adanya wabah PMK, penjualan sapi untuk kurban sekitar 60 sampai 80 ekor. "Sementara baru 45 ekor, kalau tahun lalu 60 sampai 80 ekor, jadi penurunan ada kurang lebih 30 persen," katanya, Minggu (3/7/2022).
Untuk harga, hanya mengalami kenaikan sedikit, namun kisaran harga masih sama dengan tahun lalu, mulai Rp 17,5 juta sampai Rp 35 juta per ekor. Hewan sapi kurban yang paling laku di kisaran harga Rp 20 sampai 25 juta per ekor.
Edi mengatakan, dengan adanya wabah PMK, maka harus menambah biaya untuk perawatan agar sapi-sapinya tetap sehat, seperti membeli obat, vitamin, dan ramuan herbal. Rata-rata per ekor butuh biaya perawatan tambahan sekitar Rp 500 ribu. Tentunya butuh tenaga dan waktu untuk merawat lebih ekstra agar sapi-sapinya tetap sehat.
"Setiap hari harus dipantau, jadi harus lebih telaten, kesehatan sapinya harus diperhatikan. Biaya perawatan bertambah buat beli obat, vitamin dan lain-lain kurang lebih 500 ribu untuk perawatan satu ekor sapi," ujarnya.
Serangan wabah PMK juga telah menguras waktu dan tenaga ekstra bagi penjual hewan kurban seperti Edy. Edy yang biasanya juga melayani pesanan hewan kambing kurban, pada momen Idul Qurban tahun ini, terpaksa tidak bisa melayani, karena waktunya fokus untuk menangani hewan sapi.
Dengan adanya wabah PMK, pihaknya juga sedikit kesulitan mencari sapi yang akan dijual, karena semua pasar hewan ditutup. Untuk mencari sapi dagangan harus langsung masuk ke kampung-kampung, yang juga membutuhkan waktu lebih lama lagi. "Carinya di perkampungan dan harus jeli pilih sapi yang sehat," katanya.
Sulaemi, pembeli hewan kurban dari Desa Sendang Sikucing Kecamatan Rowosari mengaku, ketika mencari sapi untuk kurban harus lebih jeli supaya mendapatkan sapi yang sehat dan tidak terkena PMK. Ia tidak begitu kesulitan mencari sapi kurban yang tidak terkena PMK, karena sudah memiliki pedagang sapi langganan yang sudah rutin tiap tahun membeli sapi untuk kurban.
"Sebenarnya kerepotan, tetapi kami sudah langganan, jadi harus pesan dulu sapi yang bebas dari PMK itu," ujarnya. (lid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: