DKPP Targetkan Cetak 5 Ribu Petani Milenial

DKPP Targetkan Cetak 5 Ribu Petani Milenial

KELOMPOK WANITA TANI: Ketua TP PKK Munafah Asip Kholbihi mengukuhkan Paguyuban Kelompok Wanita Tani Kabupaten Pekalongan. Hadi Waluyo.

KAJEN - Seiring perkembangan zaman, regenerasi petani di tingkat desa kian luntur. Petani praktis saat ini lebih didominasi orang-orang tua. Anak-anak muda lebih memilih merantai atau bekerja di luar sektor pertanian.

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pekalongan menargetkan dalam lima tahun ke depan bisa mencetak 5 ribu petani milenial, atau setiap tahunnya ada 1.000 petani milenial. Untuk mencapai target itu, DKPP mendorong kaum ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk ikut memotivasi anak-anak mereka agar mau menggeluti bidang pertanian.

Kepala DKPP Kabupaten Pekalongan Siswanto, dalam acara Pengukuhan KWT Kabupaten Pekalongan Dan Seminar Peranan Wanita Dalam Membangun Generasi Milenial Pertanian Yang Maju di Hotel Dafam, Senin (2/3/2020), menyatakan, Kementerian Pertanian dalam RPJMD lima tahun ke depan menargetkan petani milenial 2,5 juta orang. Menurutnya, di Kabupaten Pekalongan ditarget rata-rata 5 ribu petani milenial dalam lima tahun.

"Di Kabupaten Pekalongan sudah ada banyak hanya pendataannya kurang. Tolong teman-teman penyuluh bisa mencermati itu karena target kita lima tahun ke depan bisa 5 ribu. Setiap tahun harus ada 1000 petani milenial," ujar Siswanto.

Dikatakan, peranan ibu-ibu yang dekat dengan anak-anaknya perlu dikembangkan ke sana. Pendidikan pertanian kepada anak perlu dikembangkan. "Dengan seminar ini saya berharap peran ibu-ibu untuk memberikan motivasi kepada anak-anaknya untuk menekuni dunia pertanian. Tujuan seminar ini ibu-ibu bisa lebih cerdas dan produktif dalam melahirkan generasi milenial yang menyukai dunia pertanian yang lebih maju," kata dia.

Siswanto mengatakan, peranan wanita di bidang pertanian secara realita sudah banyak, namun belum terorganisir dengan baik. "Belum menyatukan langkah bersama-sama apa yang ingin dicapai ke depan. Oleh karena itu,
KWT ke depan bisa menetapkan satu tujuan yang terarah, sehingga peran wanita dalam pembangunan pertanian bisa tampak," ujar dia.
Disebutkan, secara nasional, KWT berawal dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yakni pemanfaatan lahan pekarangan yang kosong.

"Ternyata itu sangat bermanfaat bagi keluarga.
Untuk tahun 2020 ini namanya Pekarangan Pangan Lestari," kata dia.

Disebutkan, secara nasional, luasan lahan tidur hampir 10 juta hektare, tepatnya 9,3 juta hektare. Lahan ini belum dimanfaatkan dan itu berada di dekat rumah. Sementara, kata dia, luasan sawah secara nasional sekitar 7,4 juta hektare. Artinya, di Indonesia lahan tidak termanfaatkan melebihi luasan sawah yang ada.

"Lahan tidur ini potensi sekali dan itu nyanding di rumah, namun belum termanfaatkan dengan baik, baik di pekarangan maupun kebun. Dari total luas wilayah Kabupaten Pekalongan, sekitar 17 persen masih termasuk lahan kosong. Ini merupakan satu potensi bagi ibu-ibu untuk mengembangkan itu," ujar Siswanto.

Sementara itu, Ketua TP PKK Kabupaten Pekalongan Munafah Asip Kholbihi saat mengukuhkan Paguyuban KWT Kabupaten Pekalongan, menyampaikan, selama kurun 2013 hingga 2019 KWT beranggotakan 1.392 orang, dengan 94 kelompok yang tersebar di 94 desa di 19 kecamatan. "Mudah-mudahan setelah terbentuk paguyuban ini, KWT di seluruh desa bisa terbentuk semua," harap dia.

Disebutkan, fungsi KWT di antaranya, kelas belajar, wahana kerja sama, unit produksi, dan tempat pemasaran.

"Peran ganda wanita tani ini sangat strategis dalam peningkatan produktivitas usaha tani dan berpotensi untuk meningkatkan pendapatan dan ketahanan pangan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga tani baik di perkotaan maupun pedesaan," ujar Munafah.

KWT diharapkan bisa menjadi agen perubahan dan mampu sebagai motivator penggerak perubahan di sektor pertanian seperti mengolah aneka produk hasil pertanian di Kabupaten Pekalongan dengan melibatkan tenaga kerja, sehingga mampu membuka lapangan kerja baru, mengurangi pengangguran, meningkatkan nilai tambah, dan menyerap bahan baku dari petani yang akan menjadi daya tarik wisatawan dengan adanya oleh-oleh khas Pekalongan serta mendukung pengembangan destinasi wisata di Kabupaten Pekalongan.

Munafah pun mendorong kaum ibu ini untuk memiliki inovasi di tiap desa sesuai dengan potensi yang ada di desa. "Satu inovasi di tiap desa. Misalnya desa singkong, produk singkong dengan berbagai turunannya. Di sini juga banyak pisang. Bentuk Kampung pisang. Nanti orang akan datang ke situ karena di situ ada pisang, keripik pisang, dan aneka makanan pisang kekinian," katanya. (had)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: