Harga Jahe Naik, Pengrajin Olahan Terpaksa Naikkan Harga

Harga Jahe Naik, Pengrajin Olahan Terpaksa Naikkan Harga

TUNJUKKAN PRODUK - Pengrajin jahe bubuk instan, Eni, saat menunjukkan produk jahenya.

BATANG - Harga sejumlah produk jahe lokal di Kabupaten Batang mengalami kenaikkan. Hal itu terpaksa dilakukan oleh sejumlah produsen lantaran harga jahe dari petani sudah naik. Harga bahan baku jahe itu naik lantaraan musim kemarau panjang, di mana tanaman jahe tidak tumbuh dengan baik.

"Kami terpaksa menaikkan harga olahan bubuk jahe kami, karena dari tingkat petani saja sudah naik. Sehingga kami terpaksa menaikkan harga olahan produk kami, yang tadi awalnya Rp12 Ribu kini jadi Rp15 Ribu untuk kemasan 200 gram," terang pengrajin jahe bubuk instan dari Rejosari Barat Tersono, Eni, Minggu (13/10).

Dijelaskan, kenaikkan harga tersebut membuat produsen jahe instan tidak bisa memenuhi permintaan pasar. Biasanya, merek jahe bubuk instan Rizki Ilahi itu bisa menembus 50 bungkus per hari.

"Alhamdulillah, meski harga naik pesanan masih relatif sama. Namun memang kami tidak bisa memenuhi permintaan karena stok jahenya sendiri turun dan harganya naik karena kemarau. Biasanya reseller langsung ke rumah untuk mengambil jahe. Tapi kami harap ke depan harga jahenya bisa turun saat sudah tidak kemarau lagi. Sehingga harganya bisa stabil," jelas Eni.

Sementara itu, salah satu petani jahe, Arwahi mengakui, stok tahun ini menurun karena kemarau. Untuk harganya pun naik, dari sekitar Rp 20 ribu menjadi Rp 40 ribu perkilonya.

"Banyak jahe yang gagal panen karena kemarau dan beberapa lahan kekurangan air. Karena itu kami terpaksa menaikkan harga sampai dua kali lipat karena stoknya pun juga terbatas," terangnya. (nov)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: