Hipertensi-Diabetes Mematikan
**Ditemukan 121 Ribu Kasus Hipertensi, 12.287 Diabetes Melitus
KAJEN - Penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi dan diabetes melitus (DM) menjadi penyebab risiko kematian yang masih tinggi. Namun, masyarakat masih kerap menyepelekannya.
Di Kabupaten Pekalongan berdasarkan data di Dinas Kesehatan terdapat temuan 12.287 kasus diabetes melitus pada tahun 2019, dengan estimasi kasus yang ada sekitar 13 ribuan. Sedangkan, untuk hipertensi ditemukan 121 ribu kasus, dengan estimasi kasus sebanyak 228.864 kasus di tahun 2019.
Sekretaris Dinkes Budi Darmoyo didampingi Kasi PTM Sudaryanto, Rabu (5/2), menerangkan, temuan kasus DM pada tahun 2019 sebanyak 12.287 kasus, dari estimasi kasus sebanyak 13.398 kasus. "Estimasi ini angka yang diperkirakan dari adanya riset kesehatan daerah dari pusat, yakni 2,2 persen dikalikan usia 15 tahun ke atas. Dari estimasi 13 ribuan ini, capaian temuan kasus 12 ribu sehingga terealisasi 91 persen. Kinerja capaian temuan kasusnya sudah hampir 100 persen," terang dia.
Disebutkan, sebagian besar penderita DM saat ini adalah warga usia produktif, yakni usia 15 tahun sampai 59 tahun. Bahkan, di Kabupaten Pekalongan pernah ada kejadian anak SMA meninggal dunia akibat terkena DM tinggi yang disertai komplikasi.
Oleh karena itu, lanjut dia, deteksi dini PTM sangat penting, seperti DM, hipertensi, dan lainnya. Dengan deteksi dini, diharapkan penyakitnya itu bisa dikendalikan, sehingga tidak kian parah dan disertai komplikasi lainnya. Pasalnya, kata dia, penyakit DM dan hipertensi tidak bisa disembuhkan tapi bisa dikendalikan.
"DM penyakit metabolik akibat gaya hidup, pola makan, pola istirahat, pola dalam pekerjaan, dan pengelolaan stres," terang dia. Oleh karena itu, kata dia, untuk mencegah DM dilakukan dengan langkah 'Cerdik', yakni cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin olahraga, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres.
"Konsumsi gizi seimbang juga penting, apalagi di era saat ini yang gaya hidup berubah. Anak-anak zaman sekarang lebih kenal fast food, minuman penyegar, dan sejenisnya," kata dia.
Dikatakan, dalam menerapkan gizi seimbang, dalam satu kali makan isi piring berisi sepertiga karbohidrat yang bisa nasi atau pengganti nasi, sepertiga sayur dan buah, dan lauk pauk. "Terjadinya PTM salah satu dari itu (pola makan tidak sehat)," tandas dia.
Selain pola makan, hal lain yang harus diperhatikan adalah aktivitas fisik. Ia mengimbau agar dalam satu hari sekali minimal meluangkan waktu 30 menit untuk beraktivitas fisik, seperti jalan kaki. Agar terhindar dari PTM, diimbau juga untuk berhenti merokok, istirahat yang cukup, dan mampu mengelola stres.
"Cek kesehatan secara rutin bisa lewat Posbindu yang sudah ada di tiap desa. Ini sudah digalakan bersama Puskesmas. Di Posbindu bisa cek gula darah, hipertensi, indeks massa tubuh atau kolesterol, dan lainnya," terang dia.
Dikatakan, DM jika tidak ditangani sejak dini dalam jangka waktu yang lama bisa menimbulkan komplikasi penyakit lainnya. DM, lanjut dia, bisa menimbulkan komplikasi di multi organ mulai dari Kepala hingga kaki, seperti mata dan ginjal."DM jika tidak dikendalikan bisa berbahaya, bahkan risiko penyebab kematian karena komplikasinya tadi. Jangka waktu yang lama dia akan menyerang ke ginjal, jantung. DM ini multi organ dari kepala sampai kaki. DM tidak bisa disembuhkan tapi bisa dikendalikan," ujar dia.
Disebutkan, pengendalian bagi yang sudah menderita DM dengan cara 'Patuh'. Yakni, periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, tetap diet dengan gizi seimbang, upayakan aktivitas fisik dengan aman, hindari asap rokok, alkohol, dan zat karsinogenik.
Ditambahkan, tanda-tanda klasik seseorang terkena gejala DM di antaranya poli urine atau banyak kencing pada malam hari bisa 10-20 kali, poli pagi atau banyak makan, poli dipsi atau banyak minum, dan proritus atau gatal-gatal di daerah urugenital. DM juga akibat faktor keturunan, sehingga bagi seseorang yang orang tuanya menderita DM untuk lebih mewaspadainya.
"Untuk hipertensi tidak ada tanda-tandanya seperti pada DM tadi, sehingga kita tidak tahu jika tidak memeriksakan diri," kata dia. (had)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: