Ida Maulida Juara Olimpiade Kota Pekalongan Mapel Geografi
PEMBELAJARAN - Ida sedang melakukan pembelajaran daring di dekat jendela rumahnya.
*Menengok Perjuangan Siswa Berprestasi Ikuti KBM Daring
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) daring yang saat ini diterapkan oleh lembaga pendidikan akibat adanya pandemi Covid 19 nyatanya tidak semua bisa menikmatinya dengan baik, ada yang mampu mengikuti dari awal hingga akhir, tidak sedikit lembaga pendidikan yang mengklaim menemukan inovasi baru dalam pembelajaran daring, namun nyatanya tidak sedikit mereka-mereka yang kurang beruntung harus berjuang lebih untuk bisa mengikuti KBM daring.
Semangat Tiada Henti di Era Pandemi
Adalah Ida Maulida, salah satu siswa berprestasi juara olimpiade tingkat Kota Pekalongan mata pelajaran Geografi. Ia menjadi salah satu siswa yang memiliki segudang perjuangan dalam menempuh pembelajaran KBM dengan metode daring di era pandemi ini.
Semilir angin pagi sangat terasa di sebuah rumah yang dikelilingi oleh pepohonan rimbun. Ya, rumah milik salah satu siswa MAN IC kelas 12 ini nampak sudah banyak melakukan aktivitas dipagi hari.
Tak heran, ibunya adalah seorang petani yang sudah memulai aktivitasnya sejak langit masih gelap, binatang piaraan pun sudah beraktivitas gesit dalam mencari makan.
Pukul 07.30 adalah waktu yang digunakan oleh Ida sapaan akrabnya untuk memulai aktifitas sekolahnya melalui daring. Ia nampak sudah berdiri di antara jendela rumahnya beserta membawa alat tulis dan hp yang digunakan untuk KBM daring, hal tersebut harus setiap hari ia lakukan lantaran sinyal yang tidak bersahabat ketika ia memilih tempat duduk dan berdiam diri dengan nyaman untuk KBM.
"Disini sinyal sangat susah, saya harus berdiri didekat jendela seperti ini untuk dapat sinyal. Jadi ya mau tidak mau harus berdiri sampai pemberlajaran usai," ungkap Ida.
Selain itu, smartphone yang dimiliki oleh keluarga alm Abdurrohman hanya satu buah, sementara Ida memiliki dua adek yang sama-sama membutuhkan smartphone untuk KBM daring diwaktu yang nyaris bersamaan.
Kedua adiknya yang saat ini duduk dikelas 11 dan SMP ini harus juga berbagi dalam mengerjakan tugas dari sekolah. Tak ayal ia ia pun kadang harus mengalah sebagai kakak tertuanya.
"Ya mau bagaimana lagi, karena memang cuma ada 1 jadi harus bergantian. Kadang saya tidak selalu on hp nya jadi ngumpulin tugasnya terlambat atau bahkan kelewat absen karena pas jam itu lagi dipakai oleh Adek," imbuhnya.
Kondisinya semakin diperberat dengan inovasi daring dari sekolah yang banyak melahirkan generasi berkualitas tersebut dengan metode zoom. Ia mengaku sangat kesulitan mengikuti kelas yang diselenggarakan oleh sekolah. Bahkan tidak sedikit waktu yang ia habiskan untuk mencari sinyal dan masuk kelas zoom hanya untuk sekedar absen.
"Pernah saya satu jam tidak dapat apa-apa, hanya keluar masuk zoom karena susah sinyalnya. Akhirnya pelajaranya pun saya tidakdapat, absen pun tidak masuk karena zoomnya keluar masuk saja. Dan kalau via zoom seperti itu saya banyj menghabiskan waktu yang kurang efektif, saya lebih menyukai metode daring sebelumnya yaitu e learning jadi bisa disesuaikan keadaan masing-masing siswa,"jelasnya.
Namun saat ini ia merasa bersyukur, karena salah satu guru MAN IC sukarela meminjamkan smartphone untuk nya sehingga ia bisa terbantu tanpa harus menunggu bergantian dengan si Adek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: