Padi Hitam Endemik Petungkriyono Dikembangkan jadi Padi Organik

Padi Hitam Endemik Petungkriyono Dikembangkan jadi Padi Organik

SAWAH DI PEGUNUNGAN - Padi hitam yang dikembangkan di sejumlah desa di Kecamatan Petungkriyono akan dikembangkan menjadi padi organik. Hadi Waluyo

PETUNGKRIYONO - Petani di beberapa desa di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan hingga saat ini masih membudidayakan padi hitam dan merah. Seiring gaya hidup sehat yang diterapkan masyarakat di era ini, padi hitam dan merah kian digemari oleh masyarakat luas. Pasalnya, padi jenis ini kandungan gulanya lebih rendah dibandingkan padi putih yang biasa dikonsumsi masyarakat pada umumnya.

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pekalongan sudah mendaftarkan padi hitam di Petungkriyono untuk mendapatkan sertifikasi organik. Usulan itu sudah disampaikan ke provinsi dan pusat. "Kita sudah daftarkan padi hitam di Petungkriyono untuk mendapatkan sertifikasi padi organik. Apakah nanti memenuhi syarat atau tidak kita belum tahu," terang Kepala DKPP Kabupaten Pekalongan, Siswanto, kemarin.

Dikatakan, tidak semua petani di Kecamatan Petungkriyono membudidayakan padi hitam. Pasalnya, padi jenis ini hanya cocok di daerah tertentu. Menurutnya, petani khusus yang mengembangkan padi hitam berada di Desa Tlogopakis. "Ada sekitar 10 hektare sawah di sana dikembangkan padi hitam," katanya.

Siswanto mengatakan, padi hitam memiliki nilai ekonomis yang tinggi dibandingkan padi jenis biasa. Harga padi hitam, lanjut dia, bisa empat kali lipat dari harga beras putih yang biasa dikonsumsi masyarakat. "Sekarang banyak masyarakat yang menyukai beras hitam. Konsumsi beras ini lebih sehat karena low sugar. Biasanya juga digunakan untuk diet," ujar dia.

JAGUNG HIBRIDA

Sementara itu, daerah atas yang lahan olahan padinya kurang produktif dikembangkan untuk budidaya jagung hibrida. Selama ini, kata dia, petani di daerah pegunungan masih membudidayakan jagung lokal atau jagung komposit. Produktivitas jagung lokal ini masih rendah, yakni sekitar 2 ton perhektarenya. "Dengan pengembangan jagung hibrida, produktivitasnya naik dua hingga tiga kali lipat. Satu hektare mampu menghasilkan sekitar 4,9 ton jagung hibrida," ujar dia.

Selain pengembangan jagung hibrida, lanjut Siswanto, petani akan diajak untuk membudidayakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti bawang putih. Menurutnya, pengembangan bawang putih ke depan akan dikembangkan di Kecamatan Kandangserang seluas 20 hektare, Kecamatan Lebakbarang seluas 10 hektare, dan di Kecamatan Petungkriyono seluas 20 hektare.

"Tahun ini mudah-mudahan terlaksana. Kita akan melakukan perubahan secara bertahap, tidak frontal. Kita rubah pola usaha tani yang nilai ekonomisnya kurang seperti selong, ketela pohon, dan lainnya ke komoditas yang memiliki nilai ekonomis lebih baik," ujarnya. (ap5)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: