Sulap Pangan Lokal Naik Kelas, Catra Kopi Bawa Desa Pesantren Lebih Berdikari

Sulap Pangan Lokal Naik Kelas, Catra Kopi Bawa Desa Pesantren Lebih Berdikari

"Kebetulan di desa kami banyak pemuda yang potensial. Ada yang punya pengalaman kerja di resto di luar kota, ada yang ahli di bidang grafis, dan media sosial, ada juga yang punya jejaring. Selain itu saya juga pernah membantu pendirian Forest Kopi, sehingga saya banyak belajar dari sana," ujarnya.

Berbekal potensi inilah, Catra Kopi hadir dan mulai berkembang di tanah bengkok desa seluas 1,5 hektare. Pemandangan alam sekitar khas pedesaan pun ditonjolkan Catra Kopi. Terlebih sebagai pemanis, beberapa gubug didesain dengan konsep atap ala Scandinavian. Sembari dipadukan dengan joglo yang memberi kesan tradisional.

Tak disangka, respon masyarakat luar pun antusias. Terbukti banyak pelanggan yang datang dari luar Kecamatan Blado, bahkan dari luar Kabupaten Batang. Hal ini pun diakui Sukirno lantaran adanya tim media sosial, yang berhasil membranding Catra Kopi.

Kemonceran Catra Kopi pun berhasil meraup omzet tahun perdana hampir Rp600 Juta. Bahkan dari keuntungan Rp84 juta yang didapat Catra Kopi, untuk pertama kalinya Desa Pesantren Kecamatan Blado memiliki pendapatan asli desa (PAD). Dimana Catra Kopi turut menyumbangkan Rp21 juta untuk kas desa.

"Keuntungan yang masuk ke kas desa ini kami gunakan untuk memberikan santunan ke anak yatim serta warga kurang mampu, dan juga bantuan renovasi Musala atau masjid. Selain itu juga kami peruntukkan untuk kegiatan kepemudaan. Ini pertama kalinya desa kami mampu menghasilkan PAD. Sehingga kami berharap bisa menjadi desa yang Berdikari dengan mengandalkan potensi lokal," imbuh lelaki yang pernah bekerja di Perum Perhutani ini.

Hadirnya Catra Kopi juga turut menjadi lapangan kerja baru bagi warga sekitar. Terlebih banyak masyarakat yang kehilangan mata pencaharian setelah pandemi Covid-19.

"Ada beberapa yang tadinya merantau karena pandemi harus pulang. Dan akhirnya bergabung ke Catra Kopi. Selain itu kami juga waktu Covid-19, turut membuka lowongan kerja part time. Sehingga mahasiswa yang pulang kampung juga bisa kuliah online sembari kerja part time di Catra Kopi," imbuh Sukirno.

Tak hanya itu, dari total 14 karyawan, beberapa diantaranya merupakan kaum perempuan. Baik yang bekerja sebagai kasir, waiters, ataupun barista. Pihaknya turut serta menggandeng PKK Desa Pesantren untuk menyediakan stok bahan baku pangan.

"Dengan pelibatan dan pemberdayaan perempuan ini, kami juga mendapatkan apresiasi dari Bapelitbang Batang. Dimana kami mendapatkan suntikan dana sebesar Rp100 Juta untuk pengembangan Bumdes. Yang nantinya kami berencana untuk membangun resto yang menyajikan masakan khas nusantara," pungkasnya.

Pemberdayaan Perempuan dan Pengolahan Pangan

Seiring dengan perkembangan Catra Kopi, kebutuhan bahan pangan pun turut meningkat. Oleh karenanya, hadirnya Catra Kopi juga tak lepas dari peranan petani lokal.

Meski begitu untuk menyajikan produk yang berkualitas, ada standar kualitas pangan yang harus dipenuhi. Oleh karenanya, Catra Kopi pun turut memberikan pembinaan dan pelatihan kepada para petani dan kaum perempuan.

"Jadi ada standar kualitas bahan sendiri. Sehingga para petani perlu dibina dan dilatih. Saat ini kami sedang menunggu proses panen dan kami juga ada pelatihan dari BPP Pertanian. Sementara untuk kegiatan yg sedang berlangsung pelatihan pembibitan dan perawatan pohon cengkeh," ujar pengelola Catra Kopi, Aza.

Tak hanya petani perempuan, Catra Kopi turut menggandeng peran serta PKK. Dimana sinergi ini diwujudkan dengan pengolahan singkong mentah menjadi singkong frozen.

Singkong frozen yang dibutuhkan sendiri ada dua jenis. Ada yang direbus setengah matang sebelum difrozen, dan ada juga yang direbus matang sepenuhnya kemudian difrozen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: