Tagih Utang ke Malaysia, Dua WNI Dimutilasi

Tagih Utang ke Malaysia, Dua WNI Dimutilasi

JAKARTA - Dua warga negara Indonesia yakni, Nuryanto dan Ai Munawaroh diduga menjadi korban mutilasi di Malaysia. Pada tanggal 26 Januari lalu, Kepolisian Malaysia menemukan beberapa potongan tubuh jenis kelamin laki-laki dan perempuan di sungai Buloh, Selangor, Malaysia.


Meli Rahmawati (33) menunjukkan foto saat bersama suaminya Nuryanto (37) yang diduga menjadi korban mutilasi di Malaysia. (tribunnews)

Kabarnya, Nuryanto adalah pengusaha tekstil asal Kabupaten Bandung-Jawa Barat. Nuryanto pergi ke Malaysia untuk menagih uang hasil bisnis yang nilainya mencapai miliaran rupiah.

Menurut sang istri, Meli, Nuryanto terlihat stres sejak tiga sampai empat bulan lalu, karena banyak pengusaha yang macet pembayaran, sementara dirinya sudah ditagih oleh pihak pabrik.

"Masalah mah ada, banyak yang macet di luar, sementara ke pabrik harus lancar. Aa bilang, 'Mi barang di sini (Malaysia) masih banyak sekitar Rp 2 miliar. Kalau barang yang sudah laku Rp 7 miliar'," katanya, dilansir dari TV Swasta Nasional.

Salah satu kuasa hukumnya, Hermawan mengatakan, kepergian Nuryanto ke Malaysia untuk urusan bisnis, untuk kepentingan mengambil uang dan bertemu relasi di Malaysia pada 17 Januari 2019. Dari catatan maskapai Air Asia, ia seharusnya pulang pada 23 Januari 2019. Namun, pada 22 Januari 2019, nomor ponselnya tak aktif.

"Tanggal 22 Januari, handpone dia sudah enggak aktif. Karena chek in di hotel terakhir tanggal 21-23 otomatiskan tanggal 23 dia harus pulang, masuk tengah malamnya tanggal 21 sudah lost contact," kata kuasa hukum Nurmanyo kepada wartawan.

Hermawan mengaku, pihak keluarga awalnya tidak mengetahui Nuryanto pergi bersama teman wanitanya, Ai Munawaroh. Hal tersebut diketahuinya dari pihak maskapai. "Itu temannya, sebab dicek di Air Asia bahwa pemberangkatan Nuryanto bersama Ai Munawaroh. Tapi sebelumnya, kita tidak tahu dia berangkat dengan Ai Munawaroh," katanya.

Selama di Malaysia, Nuryanto diketahui tiga kali pindah hotel dan selalu ada komunikasi dengan keluarga. Namun pada Senin, 22 Januari hilang kontak, hingga akhirnya Nuryanto tak bisa dihubungi.

"Tanggal 23 enggak dipakai lagi (tiket pesawat). Saya konfirmasi ke Air Asia, Tanggal 25 Januari. Kita lost contact Tanggal 22 Januari, handpone sudah enggak aktif, karena cek in di hotel terakhir Tanggal 21-23 otomatiskan Tanggal 23 dia harus pulang," jelasnya.

Unutk menindaklanjuti kasus tersebut, adik Nuryanto, diberangkatkan ke Malaysia untuk tes DNA. Hal itu dilakukan untuk mengidentifikasi kebenaran terkait identitas korban.

"Salah satu rekan kita (tim pengacara) ke Malaysia, membawa salah satu keluarga, adiknya Nuryanto untuk tes DNA, untuk memastikan apakah jenasah itu Nuryanto apa bukan," katanya.

Namun, hasil tes DNA itu membutuhkan waktu yang tak sebentar. Hal ini disebabkan kondisi tubuh korban yang sudah membusuk. "Polisi Diraja Malaysia (PDRM) telah mengambil sampel DNA dari keluarga korban. Hasilnya disebut akan keluar antara dua pekan atau satu bulan ke depan," ujarnya.

Koordinator Fungsi Protokol dan Konsuler Kedutaan Besar RI (KBRI) di Kuala Lumpur, Yusron B Ambary, mengatakan, sampel DNA diambil dari keluarga yang dilaporkan kehilangan kerabat.

"Hingga saat ini, pihak PDRM masih memerlukan izin identitas kedua jenazah yang ditemukan pada 27 Januari 2019 di Sungai Buloh. PDRM telah mengambil sampel DNA dari WNI yang ditambahkan sebagai anggota yang dikembalikan," kata Yusron.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: