Wujudkan Mimpi jadi Sentra Kesenian Pantura

Wujudkan Mimpi jadi Sentra Kesenian Pantura

*Terbang Genduk dan Silat Jangkah Telu jadi Unggulan Desa Karanganyar

TIRTO - Sebagai desa yang memiliki peninggalan seni dan budaya yang masih terpelihara hingga kini, Desa Karanganyar, memiliki impian menjadi desa budaya di Kecamatan Tirto hingga mampu menjadi pusat kesenian di wilayah Pantura.

Obsesi itu disampaikan Kepala Desa Karang Anyar, Hasan Basri,ketika ditemui di kantornya, Selasa (29/9/2020). "Punya visi misi besar, biar desa Karanganyar ini menjadi pusat kesenian di Pantura, terlebih desa budaya khususnya di wilayah Tirto," ungkapnya.

Ada dua kesenian dan kebudayaan yang masih dipelihara apik di Desa Karanganyar hingga sekarang, yakni terbang genduk dan pencak silat Jangkah Telu dari Sanggar Al Muqaddam desa setempat. Keduanya bahkan telah dikolaborasikan untuk menciptakan pertunjukan seni yang bernilai estetis. Keduanya sering dimanfaatkan untuk mempromosikan potensi kesenian Desa Karanganyar.

"Kenapa disebut gendukan, karena di situ yang kami tabuh itu cenderung berbunyi gendang gendu, jadi itu warisan dari mbah Harjo, sejak tahun 1900. Sebetulnya seni ini kami adopsi dari gerbang Mataraman yang dulu di jaman Sultan Agung itu di Banyumas, karena Mbah Harjo sendiri kan berasal dari Selatan, datang ke Karanganyar 1900, terus memperkenalkan seni gendukan itu, nah kami kawinkan dengan jangkah telu, berarti kesenian beladiri, itu baru di tahun 2018," paparnya.

Kata Hasan, sejak dikolaborasikan tahun 2018, kedua kesenian itu mulai dikenal, bahkan hingga tampil di beberapa kesempatan.

"Dulu sudah ada tapi sendiri-sendiri, terus kami kawinkan di tahun 2018. Sudah 6 kami kami tampilkan di aula terus kami datangkan kesenian Kabupaten hingga diliput beberapa media lokal. Kalau jangkah telu itu setiap malam minggu latihan di balai desa. Sementara Gundukan itu kan keliling ke rumah-rumah, per RT mutar, kebetulan saya juga aktif di sana," terangnya.

Yang lebih menggembirakan baginya adalah karena para pemuda sangat antusias memelihara tradisi dan kesenian tersebut. "Kemarin pas peresmian pertashop di desa, kami pertunjukkan juga di situ," imbuhnya.

Dia menyebut kedua kesenian tersebut memiliki karakter dan keunikan yang berbeda dari kesenian lain yang serupa. "Jadi Gendukan itu sama Rabana itu beda, beda alatnya dan iramanya juga beda. Kalau Gendukan di desa kami itu masih ada 4 unsur yang ditinggalkan Mbah Harjo itu. Kalau Anda mendengar Gendukan juga ada di Desa Jenggot, tapi cenderung monoton iramanya, tapi kalau kita ada tarji, ada awalan, ada sika, kembali lagi ke akhiran. Dulu itu Gendukan banyak, tapi yang masih eksis di desa Karanganyar. Paling ditambahin drum," urainya.

Selain kedua kesenian itu, warga Desa Karanganyar juga sering menampilkan pentas teater. "Biasanya mengisahkan asal usul desa di momen tertentu, terkadang juga kolaborasi ketiganya," ucapnya.

Warisan budaya tersebut tentu perlu dijaga agar generasi muda tidak kehilangan budaya dan kearifan lokalnya. Dalam hal ini juga perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah untuk membantu dalam pengembangannya.(ap3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: