Peran Sekolah Dalam Mendesain Karakter Anak Bangsa Di Era Digital

Peran Sekolah Dalam Mendesain Karakter Anak Bangsa Di Era Digital

Sekolah merupakan lingkungan lain yang bisa anak kenali. Dimana setiap orang sengaja mengirimkan anaknya untuk menghabiskan waktu mereka di sekolah selain di rumah. Meskipun lingkungan rumah penting, namun keluarga terlalu kecil untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran. Karena alasan inilah sekolah akhirnya berperan besar dalam mendidik, bukan hanya fisik namun mental. Bukan hanya ilmu pelajaran, namun juga karakter.

Sumarita
Guru IPA SMP Negeri 3 Pekalongan

Karakter dapat diartikan kepribadian (personality) seseorang yang diekspresikan dalam bentuk tingkah lakunya (behavior) sehari-hari yang menanggapi (responding) dan menghadapi (facing) situasi atau pihak diluar dirinya. Jadi karakter sesorang baru kelihatan nyata ketika dia bersikap dan bertindak saat menanggapi dan menghadapi berbagai situasi, khususnya situasi yang sulit. Misalnya, saat dia berada di perjalanan ke sekolah, melihat orang lain mendapat musibah. Apakah dia akan menolongnya atau meneruskan perjalanannya?

Proses perkembangan karakter dalam diri seseorang tentu dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas. Faktor tersebut terbagi menjadi dua yaitu faktor bawaan sejak lahir (nature) dan lingkungan (nurture). Kedua faktor ini tentu yang bersangkutan dengan tumbuh dan berkembang seorang individu.

Karakter anak bangsa saat ini sudah jauh dari yang diharapkan oleh sebagian orang.

Di dunia pendidikan, contohnya saja kebiasaan mencontek saat ujian, potongan rambut yang tidak sesuai tata tertib di sekolah, membuang sampah sembarangan, merusak sarana sekolah, merokok, tawuran, penyalahgunaan obat-obatan, pergaulan bebas, aksi pornografi, penyalahgunaan penggunaan hp/gaget dan sebagainya. Karakter anak bangsa yang menjadi-jadi membuat orang tua dan guru kewalahan menghadapi semuanya. Bahkan orang tua dan guru kadang-kadang kurang memperhatikan apa yang terjadi dengan para remaja maupun anak-anak zaman sekarang.

Kurangnya kedisiplinan para remaja, kurangnya perhatian dari orang tua dan guru, meniru gaya teman sebaya serta canggihnya teknologi saat ini, merupakan faktor penyebabnya. Apa yang akan terjadi bila anak bangsa berkarakter seperti ini? Padahal anak bangsa sebagai tonggak generasi penerus bangsa diharapkan mampu bersaing dengan anak bangsa lainnya di kanca internasional.

Dalam mendesain karakter anak bangsa, sekolah memerlukan metode khusus yang tepat agar sasaran dapat tercapai. Sekolah sebaiknya merancang kegiatan pembiasaan yang dapat menumbuh kembangkan karakter positif. Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relative menetap serta bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-sama ataupun individu. Hal tersebut juga menghasilkan suatu kompetensi. Pengembangan karakter melalui pembiasaan ini dapat dilakukan secara terjadwal atau tidak, in door maupun out door. Kegiatan pembiasaan di sekolah terdiri atas rutin, spontan dan terprogram.

  1. Kegiatan Rutin. Kegiatan secara rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara regular dan terus menerus di sekolah. Tujuannya untuk membiasakan siswa melakukan sesuatu dengan baik. Kegiatan tersebut antara lain : berdoa sebelum pembelajaran dimulai, kegiatan kerohanian berupa tadarus atau pembacaan asmaul husna bagi yang beragama islam, pembacaan kitab injil bagi yang beragama Kristen/katolik. Hormat bendera merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya bertujuan menanamkan jiwa nasionalisme. Kegiatan literasi bertujuan untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang dibaca. Sholat dhuhur berjamaah, berdoa di akhir kegiatan dan kebersihan kelas serta lingkungan sekolah.
  2. Kegiatan spontan. Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dapat dilakukan tanpa dibatasi oleh waktu, ruang dan tempat. Hal ini bertujuan memberikan pendidikan secara spontan terutama dalam membiasakan mengucap salam, sapa, senyum, bersikap sopan dan santun. Jika ini berhasil, maka anak bangsa akan memiliki kepribadian yang menawan. Karena mereka mau menerapkan budaya Lima S (salam, sapa, senyum, sopan, santun) dalam kehidupan sehari-hari. Melakukan razia hp/gaget, razia ketertiban potongan rambut, seragam sekolah, sepatu juga berdampak baik bagi siswa. Mereka dengan sendirinya akan tertanam budaya tertib dan disiplin. Siswa juga tidak akan sembarang membawa hp/gaget ke sekolah. Tim kesiswaan, guru BK, wali kelas dan guru mata pelajaran perlu ada komunikasi, bila pada hari tertentu siswa diizinkan membawa hp/gaget untuk proses pembelajaran. Sehingga penggunaan hp/gaget bisa terkontrol dengan baik.
  3. Kegiatan Terprogram. Kegiatan terprogram ialah kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan kalender pendidikan atau jadwal kegiatan tim kesiswaan. Membiasakan kegiatan ini artinya membiasakan siswa dan sekolah untuk aktif dalam melaksanakan kegiatan sekolah didampingi tim kesiswaan atau wali kelas sesuai dengan kemampuan dan bidang masing-masing. Contoh : kegiatan maktrab (keakraban wali kelas dengan siswa) bertujuan untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan, peduli dan menjalin keakraban. Kegiatan CBC (Character Building Camp) berupa kegiatan perkemahan yang diperuntukkan bagi siswa baru sebagai ajang untuk membangun karakter religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.

LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) diperuntukkan bagi pengurus OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dan MPK (Majelis Perwakilan Kelas) untuk membekali mereka karakter kepemimpinan, disiplin, dan tanggung jawab. Classmeeting, merupakan kegiatan kompetisi antar kelas yang biasanya dilaksanakan setelah PAS (Penilaian Akhir Semester). Selain dapat mengendorkan urat syaraf, classmeeting bertujuan untuk mempererat tali silaturrahmi siswa, mencari bibit prestasi dan melatih mental bersaing yang sehat. Yang tidak kalah menarik, sekolah perlu mencoba desain kegiatan out door yang menanamkan nilai karakter, misal OOTB (Out Of The Box), siswa diajak untuk keluar dari area sekolah untuk menanamkan pendidikan karakter sekaligus ajang untuk mendekatkan diri pada Tuhan.

Selain itu, wisata ke luar kota atau luar propinsi tentunya sangat menarik. Namun, apabila ini dirasa tidak terjangkau bagi siswa yang kurang mampu, maka ada baiknya tim kesiswaan mencari alternatif tempat yang terjangkau dan tetap bisa menanamkan nilai karakter pada diri siswa. Museum Batik misalnya, ini merupakan alternative tempat untuk widya wisata bagi siswa. Di museum batik ini, siswa akan mendapat ilmu pengetahuan tentang batik dan menumbuhkan rasa bangga akan kekayaan seni budaya yang kita miliki. Alternatif lainnya yaitu Sea World Mini wisata bahari yang terletak di Pelabuhan Pekalongan. Dari sini, siswa memperoleh pengetahuan tentang keanekaragaman ikan serta menumbuhkan rasa syukur kepada Tuhan atas ciptaan-Nya. (*)

Penulis : Sumarita
Guru IPA SMP Negeri 3 Pekalongan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: