Siaga 24 Jam, Kisah di Balik Gencarnya Perbaikan Jalan di Jateng

Siaga 24 Jam, Kisah di Balik Gencarnya Perbaikan Jalan di Jateng

Sejumlah pekerja tengah memperbaiki jalan Provinsi Jawa Tengah yang mengalami kerusakan.-istimewa -

TEMANGGUNG - Di tengah gencarnya perbaikan jalan Provinsi Jawa Tengah, ada cerita heroik dari para pekerja lapangan. Mereka harus siaga selama 24 jam, hingga tidak mengenal istilah libur.

Seperti yang diutarakan Sarmono, petugas pengamat jalan Balai Pengelolaan Jalan (BPJ) Wilayah Wonosobo. Pria berumur 53 tahun itu setiap waktu melakukan pemantauan di ruas jalan Kranggan - Bulu, Pringsurat - Kaloran, dan Parakan - Patean.

Bukan hanya badan jalan, tapi juga memastikan kondisi saluran, drainase, gorong-gorong, jembatan dan bahu jalan. Sebab, jika terjadi kerusakan harus segera dilaporkan agar mendapat penanganan secara cepat.

"Istilahnya saya itu menyetrika jalan setiap waktu. Dan, tidak ada libur. Jangan sampai ada kerusakan yang dapat mengganggu pengguna jalan," katanya, Jumat (17/3/2023).

Pak Sar, begitu sapaan akrabnya merasa bersalah jika terjadi kecelakaan akibat jalan rusak di wilayah pantauannya. Sehingga, ia tetap menyusuri jalan meski dalam kondisi sakit sekalipun.

"Iya, kalau sakit tetap bekerja memantau jalan dengan naik angkutan umum. Seperti saat ini, tangan saya keseleo dan tidak bisa mengendarai motor sendiri," paparnya.

Di dalam bus, pandangannya mengamati detil setiap ruas jalan yang dilintasinya. Jika menemukan kerusakan, ia langsung turun untuk memotret dan memberikan tanda pakai cat pilox, untuk kemudian dilaporkan. Setelah itu, Pak Sar naik angkutan dan kembali menyusuri jalan.

"Saya sudah sembilan tahun bekerja seperti ini. Bagi saya kenyamanan dan keselamatan warga di jalan adalah tanggung jawab utama pekerjaan ini," ungkapnya.

Begitu pula dengan cerita Setyo Purwanto (37), seorang kelompok masyarakat miskin sehat bina marga (Pokmas Bima) Provinsi Jawa Tengah. Pekerjaannya sangat lekat dengan aspal. 

"Setiap hari mengaspal jalan, apalagi waktu ada banyaknya laporan jalan rusak dan menjelang Ramadan dan mudik," terangnya.

Menurutnya, pekerjaan memperbaiki jalan bukan soal seberapa gaji yang diterima, melainkan kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan.

"Kebahagiaan saya adalah warga bisa berangkat kerja dengan semangat dan pulang dengan selamat," jelas wara Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung.

Pekerjaan memperbaiki jalan juga tidak mengenal waktu. Malam sekalipun jika harus dilakukan perbaikan, maka ia kembali bergelut dengan aspal kembali.

"Tidak ada jam berapa kerjanya. Setiap waktu harus siaga. Kalau ada laporan jalan rusak kami siap perbaiki. Jadi, kalau ada perbaikan jalan di ruas Jalan Bulu, mungkin salah satu pekerjanya adalah saya. Dan kami komitmen sesuai arahan Pak Ganjar, Jateng Tanpa Lubang," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: