MENGINSPIRASI, Kisah Himmatul Aliyah Ketika Kecil Pemalu, Guru Memotivasi Tambah Pede dan Jadi Anggota DPR RI

MENGINSPIRASI, Kisah Himmatul Aliyah Ketika Kecil Pemalu, Guru Memotivasi Tambah Pede dan Jadi Anggota DPR RI

Kisah Himmatul Aliyah ketika kecil pemalu, berkat dorongan guru akhirnya bisa menjadi orang sukses.-rilis yayasan guru belajar-

JAKARTA - Kisah Himmatul Aliyah ketika kecil pemalu tapi setelah dewasa menjadi anggota DPR RI. Semua ini berkat dorongan dari gurunya. Dengan menjadi guru dia latihan banyak untuk tampil menjadi percaya diri.

Hal tersebut terungkap dalam acara Cerita Guru Belajar dalam even pembukaan Temu Pendidik Nusantara X (TPN X) Minggu (28/5) di Aula PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. 

Temu Pendidik Nusantara adalah rangkaian konferensi pendidikan setiap tahun yang bakal berlangsung hingga bulan Oktober 2023.

Kisah Himmatul Aliyah Ketika Kecil Pemalu, Guru Memotivasi

Pembicara kali ini adalah Himmatul Aliyah. Dia adalah anggota komisi DPR RI dan hadir sebagai narasumber sesi talkshow. Dia mengatakan, tema TPN X, yakni “Tumbuh Berkelanjutan, Perubahan Pendidikan Melampaui Ruang Kelas” sesuai dengan ajaran agama.

Dia melanjutkan kisahnya bahwa dirinya bisa menjadi seseorang yang bisa tampil percaya diri di depan publik karena dia pernah mendapat motivasi dari sang guru. Himma mengaku secara jujur bahwa saat kecil dia sangat pemalu bahkan enggan tampil di depan kelas.

Himma beruntung, gurunya memperhatikan tantangan yang dihadapinya.  Kemudian dia memberikan beberapa tips agar bisa tampil percaya diri dalam kondisi apapun. 

Tips tersebut akhirnya bisa menghantarkan Himma menjadi seorang penyiar radio yang handal hingga menjaid politikus yang biasa berbicara di depan publik dan mempengaruhi banyak orang.

“Pendidikan itu terjadi sepanjang hayat, dari kita lahir sampai menuju liang lahat. Apalagi di sekitar kita selalu berubah situasi yang menyebabkan kita terus belajar, terus mengupgrade kapasitas diri, sehingga posisi kita tidak tergilas oleh dahsyatnya kemajuan zaman,” tuturnya.

Himma mengingatkan kembali pada masa pandemi 3 tahun yang lalu. Situasi mendadak berubah, guru dan orang tua menghadapi tantangan berat yang sebelumnya belum pernah dialami. Akhirnya, guru memang diciptakan untuk terbiasa belajar.

“Demikian pula hal-hal yang dahulu kita merasa bisa untuk melakukannya. Pada situasi seperti pandemi COVID, kita tidak bisa apa-apa dan kita harus segera beradaptasi pada hal baru,” ujar Himma.

Ketua Yayasan Guru Belajar, Bukik Setiawan, yang hadir sebagai nara sumber kedua, sepakat dengan apa yang dipaparkan Himma. Dia menjelaskan, belajar terus menerus memang harus dari lahir hingga liang lahat.

Namun, kadang-kadang kita hanya belajar sampai ujiannya selesai.  Hal itu juga terjadi pada siswa. Padahal, kalau kembali ke tengah-tengah masyarakat, murid akan menghadapi berbagai ujian kehidupan yang tidak ada berhentinya. Selesai dengan ujian yang satu akan dilanjutkan dengan ujian berikutnya.

“Sederhananya, kontribusi apa sih yang bakal diberikan, peran seperti apa yang mau diambil? Itu yang akan akan menjadi ujian secara terus-menerus,” terang Bukik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: