Kematian Akibat TBC Masih Tinggi

Kematian Akibat TBC Masih Tinggi

PERINGATAN HTBS - Wamenkes RI Dante Saksono Harbuwono, Ketua MPKU PP Muhammadiyah HM Agus Samsudin, serta Bupati Kendal Dico M Ganinduto saat launching perluasan pelibatan 4 RS Muhammadiyah dalam Penanganan TBC, Rabu (21/6/2023), di RSI Kendal.-lid/sef-

*11 Kematian Setiap Jam

*Wamenkes Apresiasi Peran Program USAID Mentari TB

KENDAL - Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi penyumbang kematian yang tinggi di Indonesia. Jika dirata-rata, angka kematian akibat penyakit ini mencapai 11 orang untuk setiap jamnya. Karena itu, upaya pencegahan dan deteksi dini amat penting untuk meminimalisir potensi persebaran TBC.

Hal itu terungkap saat kegiatan puncak peringatan Hari Tuberkulois Sedunia (HTBS) 2023, Rabu (21/6/2023), di Auditorium RS Islam Muhammadiyah Kendal. Dalam momentum ini, Muhammadiyah melalui program USAID Mentari TB juga melaunching perluasan pelibatan 4 RS Muhammadiyah.

Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI Dante Saksono Harbuwono, Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah HM Agus Samsudin, Direktur Kantor Kesehatan Usaid Indonesia, dr Enilda Martin, serta Bupati Kendal Dico M Ganinduto.

Peringatan HTBS ini menjadi agenda tahunan yang penting dalam ikhtiar gerakan eliminasi TB. Kegiatan ini juga sekaligus membangun kesadaran berbagai pihak terhadap permasalahan penyakit TB yang dianggap memiliki dampak besar bagi masalah kesehatan, sosial, hingga ekonomi.

Wamenkes RI, Dante Saksono Harbuwono mengatakan, penyakit tuberkulosis TBC di Indonesia menempati peringkat ketiga dunia setelah India dan Cina. Jumlah kasusnya di Indonesia setiap tahun mencapai 824 ribu, dengan angka kematian sebesar 93 ribu per tahun. Hal ini setara dengan 11 kematian per jam.

“Tuberkulosis merupakan penyakit yang dapat menular melalui udara, penyakit ini juga bersembunya di masyarakat dan sulit terdeteksi. Bagi immune kebal bakteri akan diam di dalam tubuh, namun ketika immune lemah Tuberkulosis baru menimbulkan gejala. Maka dari itu penguatan immune menjadi esensial di tengah masyarakat,” jelas Dante Saksono Harbuwono.

Menurut Wamenkes, angka keberhasilan pengobatan TBC sensitif obat di Indonesia pada tahun 2022 sebanyak 85%. Sementara angka keberhasilan pengobatan TBC resisten obat di Indonesia tahun 2022 secara umum keberhasilannya 55%.

Pemerintah karenanya menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas gerakan yang dibangun Muhammadiyah dalam aksi pencegahan penularan, pengurangan stigma, penemuan kasus pendampingan pasien guna penyembuhan pasien pada Tuberkulosis secara benar dan efektif.

Wamenkes pun menegaskan pentingnya komitmen lintas sektor untuk mendeteksi secara dini kasus TBC aktif. Pasalnya, tahun ini pemeriksaan TBC harus mencapai 60.000 kasus per bulannya. Hal itu dilakukan untuk mendukung eliminasi TBC pada tahun 2030 mendatang.

"Atas kerja keras lintas sektor juga, pada 2022 kemarin berhasil terdeteksi 700.000 kasus TBC. Kasus ini penting, karena TBC ini menjadi kasus tersembunyi di tengah-tengah masyarakat," terangnya.

Sementara Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah, HM Agus Samsudin menyampaikan, MPKU PP Muhammadiyah sebagai  bagian  dari Big Chain Hospital melalui  program  USAID Mentari TB memanfaatkan momentum ini untuk meluncurkan perluasan pelibatan 4 RS Muhammadiyah, diantaranya RS Islam Muhammadiyah Kendal, RS Islam Jakarta Pondok Kopi, RS Muhammadiyah Bandung, dan RS Siti Khadijah Muhammadiyah.

“USAID Mentari TB merupakan kegiatan kemitraan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dengan MPKU Muhammadiyah untuk mendukung eliminasi TB di Indonesia. Selain 4 RS turut meresmikan pelibatan 101 RSMA dalam program eliminasi TB sebagai jaringan RS Swasta Terbesar di Indonesia,” ujar Agus Samsudin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: