Ke Masjid Tanpa Masker, Jamaah Akan Disuruh Pulang

Ke Masjid Tanpa Masker, Jamaah Akan Disuruh Pulang

*Kelurahan Noyontaansari Pilih Opsi Pengetatan Protokol Jamaah

POSKO - Posko Darurat Covid-19 disiagakan di
Masjid Jami Landungsari.

NOYONTAANSARI - Dalam upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 selama Bulan Suci Ramadan 1441 H, Walikota Pekalongan telah mengeluarkan Surat Edaran yang menghimbau warganya untuk menjalankan ibadah di rumah. Namun karena masih ada sebagian masyarakat yang tetap ingin melaksanakan shalat tarawih di masjid/mushola, maka Kelurahan Noyontaansari mengambil opsi lain untuk mengamankan edaran tersebut, yakni tak melarang warga menjalankan jamaah tarawih, tetapi dengan syarat mengikuti protokol pencegahan dengan disiplin.

Hal tersebut diungkapkan Safrudin Nasution, Lurah Nyontaansari, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan ketika ditemui di kantornya, Senin (27/4/2020).

"Kalau di sini yang saya pantau mulai dari awal munculnya corona itu masjid masih tetap melaksanakan ibadah sesuai protokoler himbauan pemerintah, yakni mulai dari tes suhu badan, cuci tangan hingga pakai masker," ungkapnya.

Pihaknya juga tidak melarang warga, karena pihak masjid dan mushola telah menyediakan segala sarana protokol pencegahan secara sukarela dan mandiri.

"Dan pihak masjid sendiri juga kontribusinya banyak pada masyarakat, artinya takmir itu menyediakan segala sesuatunya yang menjadi syarat protokol untuk sholat," jelasnya.

Dikatakan Safrudin, pemberlakukan protokol di masjid dan mushola juga sangat ketat. Jika ada warga yang hendak ke masjid namun tidak menggunakan masker, maka akan disuruh pulang.

"Jadi masker, cuci tangan dan tes suhu badan itu ada. Dan cukup ketat, artinya kalau ngga pakek masker disuruh pulang. Kalau dari shalat jum'at yang awal sudah dikasih pengadaan, jadi mereka juga menyadari," terangnya.

Pihaknya dan warga masih ikhtiar menjalankan ibadah berjamaah di masjid karena mereka memahami bahwa untuk mencegah corona tidak hanya bisa dilakukan dengan ikhtiar lahir saja, tetapi juga harus melalui ikhtiar batin.

"Jadi tingkat kepatuhan secara maksimal memang belum. Tetapi melihat kondisi masih kondusif. Masih bisalah untuk ibadah, termasuk shalat tarawih, tetap melaksanakan, tapi tetap mengikuti petunjuk protokoler, "paparnya.

Pihaknya juga memahami respon warga yang belum terlalu mematuhi Surat Edaran, namun kata dia alangkah baiknya semua pihak mengambil positifnya saja. "Berjamaah itu juga penting. Kalau idealnya ya memang anjuran pemerintah ya harus ditaati. Tapi yo kita mudah-mudahanlah, mereka belum bisa mentaati, kita ambil positifnya saja. Karena ikhtiar di sini bukan cuman lahir aja, tapi batin juga," tandasnya.

Sebab dengan ibadah juga, warga bersatu untuk mendoakan agar pandemi dan wabah covid-19 ini bisa segera berlalu. "Jadi bagi komunitas doa bersama, shalat berjamaah itu kami anggap penting, selagi dalam koridor mentaati protokeler pencegahannya, " imbuhnya.

Safrudin menilai pendemi ini juga bagian dari kehendak Allah SWT, sehingga ibadah dan doa juga bagian dari cara mencegah dan menanggulanginya.

"Mudah-mudahan karena kami juga memahami, apa yang terjadi ini dari Tuhan. Yang bisa mengambil juga Tuhan. Apapun dari manusia, jika Tuhan belum menghendaki ya belum. Itu pemahaman kami. Jadi ikhtiar lahiriah juga kami taati," pungkasnya. (ap3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: