Novel Sejarah Legendaris, Ini Urutan Baca 4 Novel Tetralogi Buru Karya Pramoedya
Best Seller! Ini 3 Rekomendasi Novel Remaja Ringan dan Terbaik Untuk Isi Waktu Luangmu--
RADARPEKALONGAN.DISWAY.ID – Siapa yang tidak mengenal novel Tetralogi Buru karya penulis revolusioner Pramoedya Ananta Toer?
Seri novel ini terdiri dari 4 judul yakni Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Mayoritas dari novel ini ditulis Pram ketika dia berada di pengasingan Pulau Buru ketika rezim Orde Baru berkuasa.
Penulis novel dan sastrawan yang karyanya sudah diterjemahkan ke banyak bahasa di dunia ini merupakan lelaki yang diasingkan di Pulau Buru sejak tahun 1973.
Tepatnya di Pulau Buru, Kepulauan Maluku, Pram diberikan sedikit kebebasan untuk melanjutkan karya yang ditulisnya. Hasrat lama untuk menyusun sejarah Indonesia dalam bentuk cerita pun kembali ditekuninya.
Selepasnya dikurung di penjara, Pramoednya menemui Joesoef Isak, mantan wartawan Merdeka yang belasan tahun mendekam di Rutan Salemba.
Diskusi berkembang, dan kesepakatan dicapai untuk menerbitkan karya-karya eks-tapol yang selama ini tidak mendapat sambutan dari penerbit lain.
Bumi Manusia merupakan karya pertama yang dipilih Pram untuk diterbitkan, sekaligus menjadi novel pertama dari Tetralogi Buru. Meski kemudian, novel-novelnya dilarang untuk diedarkan oleh rezim yang berkuasa tidak lama setelah terbit.
Jika kamu penasaran dengan deskripsi novel ini dan bagaimana urutan membaca Tetralogi Buru karya Pramoedya, maka kamu harus menyimak artikel ini hingga akhir.
BACA JUGA Selain Harry Potter, Ini 4 Novel Bertema Sihir yang Akan Membuatmu Terkagum dengan Alurnya!
1. Bumi Manusia
Bagian pertama dari tetralogi ini dibuka oleh kisah dari novel Bumi Manusia. Minke merupakan seorang pribumi keturunan ningrat yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini.
Bumi Manusia merupakan periode penyemaian dan kegelisahan seorang Minke sebagai aktor sekaligus kreator.
Meski memiliki darah priyayi, Minke merupakan sosok yang berusaha semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban kala itu.
Dalam seri pertama ini, Pram juga menyajikan kisah cinta yang manis tetapi tragis, sederhana tetapi ideologis, dan sempurna meski sebenarnya rapuh oleh situasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: