Tarik Pelanggan, Pedagang papeda Ini Kenakan Seragam Sekolah

Tarik Pelanggan, Pedagang papeda Ini Kenakan Seragam Sekolah

BERSERAGAM SD - Lia Afidah (29), warga Kelurahan Kranji Gang 1 RT 3 RW 10, Kecamatan Kedungwuni berseragam layaknya pelajar SD saat menjajakan papeda.

Lia Afidah (29), warga Kelurahan Kranji Gang 1 RT 3 RW 10, Kecamatan Kedungwuni, melakukan aksi nyentrik saat berdagang papeda di Kedungwuni. Seperti apa?

Hadi Waluyo, Kedungwuni

Seorang pedagang papeda di Kedungwuni berpakaian nyentrik saat menjajakan jualannya. Lia Afidah (29), warga Kelurahan Kranji Gang 1 RT 3 RW 10, Kecamatan Kedungwuni ini mengenakan seragam sekolah, pakaian batik layaknya guru, dan gamis seperti ibu-ibu arisan saat berjualan.

Lia Afida pada wartawan, Rabu (4/3/2020), mengatakan, tujuan menggunakan pakaian sekolah untuk menarik pelanggan agar membeli jualannya. Ia mengatakan, berjualan papeda sejak tahun 2014. Namun, menggunakan seragam saat berjualan hampir dua tahun ini.

"Jajanan papeda ini semakin tahun kurang diminati. Oleh karena itu, tujuan saya menggunakan seragam sekolah agar bisa menarik pembeli. Selain itu, pedagang papeda juga sudah banyak. Jadi, saya cari inovasi untuk berjualan," ungkapnya.

Menurutnya, ada enam seragam yang digunakan untuk berjualan, dan semua seragam tersebut tidak ada yang membeli.

"Semua seragam saya dikasih, baik dari teman atau ponakan. Seragam SD minta ponakan saya, terus untuk seragam SMA saya minta teman," kata dia.

Disebutkan, pada hari Senin-Selasa ia mengenakan seragam merah putih atau putih abu-abu, dan pada Rabu dan Kamis dirinya memakai baju batik layaknya guru. Selanjutnya, untuk hari Jumat, Sabtu, dan Minggu memakai gamis seperti ibu-ibu arisan.

Ia mengungkapkan, pertama kali yang mengomentari pakaian yang digunakan adalah suaminya sendiri yang bernama Nur Khayak (35).
"Suami saya bilang, waras (sehat)?. Lalu, saya kasih keterangan mengenai pakaian yang digunakan dan ternyata suami mengerti. Lalu, anak saya yang pertama juga berkomentar, kalau malu melihat ibunya menggunakan pakaian sekolah saat berjualan. Tapi setelah diberitahu hingga sekarang sudah biasa." ujarnya.

Disinggung apakah ada pengaruh dengan berseragam nyentrik tersebut, Lia mengatakan ada perubahan omset jualannya. Lia juga menuturkan, setiap hari ada lima tujuan saat berjualan di antaranya tiga di sekolah dan dua di TPQ.

"Setelah menggunakan seragam ada kenaikan omset penjualan. Saya berjualan hanya di wilayah Kecamatan Kedungwuni dan kalau libur berjualan pada saat sakit," tuturnya.

Lia menambahkan, setiap hari ia bisa menghabiskan telur puyuh sebanyak 150 butir untuk bahan baku papedanya. "Satu papeda harganya Rp 1000. Kalau ramai bisa 150 butir, tapi kalau sepi hanya 80 butir," katanya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: