Kesehatan Jiwa, Rentan Picu Kematian
**Untuk Ibu Hamil dan Bayi
KEDUNGWUNI - Dari hasil penelitian, faktor kesehatan jiwa sangat penting dalam sebuah kehamilan. Ini erat kaitannya dengan angka kematian ibu dan bayi.
"Dari hasil penelitian, penderita depresi, cemas, atau mengalami gangguan kejiwaan menjadi awal dari permasalahan-permasalahan saat dia hamil atau setelah ia melahirkan," terang ahli kejiwaan, dokter Heny Rosita SpKj MKes, ditemui Radar Pekalongan disela-sela mengisi acara seminar kesehatan dalam rangka HUT Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kabupaten Pekalongan di Auditorium UMPP, Minggu (8/9).
Ia mencontohkan, depresi setelah melahirkan anak adalah terjadinya baby blues.
"Seorang wanita yang baru melahirkan ia akan mengalami depresi dengan bayinya, sehingga dia mengabaikan bayinya. Ini juga berisiko terhadap kematian anak yang dilahirkan," terang dia.
Menurutnya, semua pihak berperan untuk mengantisipasi depresi pada ibu hamil atau ibu baru melahirkan, baik di lingkungan keluarganya dan masyarakat di sekitarnya. Ia mencontohkan, seorang suami yang abai terhadap istrinya sangat berisiko menimbulkan depresi pada ibu hamil, sehingga bisa berisiko mengakibatkan kematian ibu maupun bayinya.
"Peran dari keluarga, dukungan dari keluarga itu sangat penting sekali. Demikian juga lingkungan di sekitar ibu hamil harus peduli pada ibu hamil. Pada saat seorang ibu hamil tampak berperilaku tidak biasanya, keluarga harus peduli, lingkungan juga harus peduli dengan ibu hamil tersebut, sehingga terhindar dari masalah gangguan jiwa yang lebih berat," ujar dia.
Disinggung pernikahan dini apakah berkorelasi dengan kasus kematian ibu hamil dan bayi, Rosita membenarkannya. Diterangkan, seorang anak yang menikah dini maka secara mental belum siap menghadapi sebuah kehamilan dan melahirkan bayi. "Anak-anak usia remaja biasanya masih suka bersenang-senang, masih suka ke mall, dan lain sebagainya. Saat ia harus dihadapkan suatu kehamilan dimana menuntut tanggung jawab seorang ibu, kemudian melahirkan anak. Dia harus ngopeni anaknya, merawat anaknya, mentalnya belum siap. Ini sangat berisiko sekali, rentan terjadinya gangguan kejiwaan," terang dia.
Untuk mengantisipasi gangguan kejiwaan, ia berpesan agar sebuah kehamilan itu direncanakan dan dipersiapkan dengan baik. Tidak hanya sekedar menikah lalu hamil, kemudian melahirkan. Namun setelah melahirkan, anak ditelantarkan atau ibu juga merasa diabaikan.
"Sebuah pernikahan itu harus direncanakan dengan baik, planningnya apa. Persiapannya itu tidak hanya fisik saja tapi mentalnya juga," pesannya. (ap5)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: