Kunker ke Nganjuk, Komisi B DPRD Kendal Tertarik Teknologi Bioflok Budidaya Ikan Air Tawar

Kunker ke Nganjuk, Komisi B DPRD Kendal Tertarik Teknologi Bioflok Budidaya Ikan Air Tawar

TINJAU LAPANGAN - Foto-foto Komisi B DPRD Kendal, kunjungan lapangan melihat pengelolaan budidaya lele sistem bioflok oleh Kelompok Pembudidaya Ikan "Si Kumis Mulyo".

KENDAL - Rombongan Komisi B DPRD Kendal dipimpin langsung ketuanya, Dian Alfat Muchammad, baru saja melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Kabupaten Nganjuk, Jatim, untuk belajar penerapan teknologi bioflok pada budidaya ikan air tawar, yaitu lele. Rencananya, teknologi terapan itu akan diadaptasi untuk mendukung pengembangan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Kendal. Terlebih, dalam waktu dekat akan ada pilot project budidaya ikan air tawar di empat kecamatan dengan teknologi tersebut.

Hal itu dibenarkan Sekretaris Komisi B DPRD Kendal, Sri Supriyati, saat dikonfirmasi Radar Pekalongan, Rabu (09/8) kemarin. Menurutnya, Komisi B telah melihat langsung ke lokasi budidaya lele dengan penerapan teknologi bioflok, yang dikelola oleh Kelompok Pembudidaya Ikan "Si Kumis Mulyo", di lingkungan Tempel, Kelurahan Jatirejo, Kecamatan Nganjuk. Saat di lapangan, rombongan juga didampingi Kabid Perikanan dan Sekertaris Dinas Kelautan dan Perikanan pada Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Kabupaten Nganjuk.

"Kami mendapatkan ilmu yang luar biasa dari penerapan teknologi bioflok pada budidaya lele. Kami dapat penjelasan langsung dari Kelompok Pembudidaya Ikan "Si Kumis Mulyo". Tentu di Nganjuk, tidak hanya untuk lele, tetapi teknologi bioflok juga diterapkan pada empat komoditas budidaya air tawar lainnya. Ada gurami, nila, dan lainnya," terang Supriyati.

Selain keuntungan yang menjanjikan, penerapan teknologi bioflok juga cukup terjangkau. Ia mencontohkan, per satuan kolam bioflok dengan kepadatan tebar 4000 ekor ikan di sana ternyata lebih murah biayanya daripada di Kabupaten Kendal. Bahkan penerapan teknologi tersebut mampu menekan tingkat kematian benih ikan. Karena teknologi bioflok mempunyai treatmen khusus, seperti sisi pakan, sanitasi air, pembuanganya, dan kolam bersih dari sampah.

"Misal di tempat kita yang harga paling rendah, 1 kilogram lele dengan harga Rp 10 ribu, tapi di Nganjuk, harganya bisa lebih murah, yaitu Rp 5 ribu, tapi dengan harga segitu mereka masih dapat untung. Harusnya kita dari harga Rp 10 ribu itu lebih bisa untung. Namun problemnya di kita, tingkat kematian ikan air tawar jauh lebih tinggi," jelasnya.

Menurut Supriyati, sistem bioflok adalah suatu sistem pemeliharaan yang diterapkan pada budidaya air tawar dapat menumbuhkan suatu mikroorganisme, yang memiliki fungsi untuk mengelola limbah budidaya itu sendiri, hingga menjadi gumpalan kecil yang disebut flok yang mempunyai manfaat langsung sebagai makanan alami bagi ikan budidaya. Pertumbuhan mikrooganisme itu ditumbuhkan dengan cara memberikan probiotik atau kultur bakteri non pathogen. Selain itu juga dilakukan pemasangan aerator penyuplai oksigen sekaligus untuk mengaduk air dalam kolam.

"Ilmu yang kami dapat ini akan kami tularkan pada pembudidaya ikan air tawar di Kendal. Wilayah Kendal cukup banyak pembudidaya ikan air tawar, seperti di Kecamatan Rowosari. Kebetulan nanti akan ada pilot project penerapan teknologi bioflok untuk 4 kecamatan. Untuk Desa Gondang, Kecamatan Limbangan, baru mau diterapkan. Begitu juga di Kendal, Kecamatan Kota Kendal, dan Kecamatan Rowosari, hanya saja kolamnya agak berbeda dengan budidaya ikan air tawar yang ada di Nganjuk," pungkasnya. (adv/lid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: