Manggis Paninggaran Tembus Pasar Ekspor

Manggis Paninggaran Tembus Pasar Ekspor

*Belum Miliki Packing House, Tergantung Pengepul

KAJEN - Buah manggis lokal Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan, ternyata sudah mampu menembus pasar ekspor ke sejumlah negara seperti ke Cina, Taiwan, Dubai, dan lainnya. Namun sayang, petani manggis di Kecamatan Paninggaran belum memiliki 'packing house' yang merupakan salah satu prasyarat utama mendapatkan sertifikasi ekspor. Sehingga petani di wilayah pegunungan ini belum bisa secara langsung mengekspor buang manggisnya, namun masih tergantung kepada para pengepul di wilayah itu.

PETIK BUAH MANGGIS - Petani di Desa/Kecamatan Paninggaran mengumpulkan buah manggis segar yang baru dipetik dari pohon, kemarin. Foto: Hadi Waluyo

Hal itu diakui seorang petani manggis di Desa/Kecamatan Paninggaran, Supeno (38), Kamis (14/3).

"Buahnya masuk kriteria untuk diekspor, namun ada permasalahan sedikit. Kami belum bisa langsung ekspor, sehingga petani masih tergantung kepada tengkulak di Kecamatan Paninggaran," terangnya di sela-sela kegiatan potensi promosi pers tour 2019 Bagian Humas, Diskominfo Kabupaten Pekalongan di desa itu.

Untuk menjalin silaturahmi insan media di Kabupaten Pekalongan, Bagian Humas menggelar kegiatan pers tour tahun 2019. Selain itu, ajang ini juga untuk mengenal potensi wilayah dan mempromosikannya. Sasaran pers tour kali ini adalah potensi manggis di Desa/Kecamatan Paninggaran. Dalam kesempatan itu, wartawan baik cetak maupun elektronik diajak langsung untuk melihat potensi buah manggis di kebun milik petani setempat, serta aktivitas pengepul buah manggis.

Supeno mengaku memiliki sekitar 15 pohon manggis di kebun miliknya yang sudah berproduksi. Dengan usia pohon manggis di atas 20 tahun, terang dia, satu pohonnya rata-rata mampu menghasilkan 3 kuintal lebih buah manggis segar setiap musim panen. Untuk harga buah manggis super atau yang mampu menembus pasar ekspor antara Rp 20 ribu perkilo-Rp 24 ribu perkilo.

"Untuk satu pohonnya, saya rata-rata bisa menghasilkan uang Rp 3 juta permusim panen, yakni antara Maret hingga April, namun terkadang ada musim timuran atau pohon berbuah di luar musim," terang dia.

Kepala Desa Paninggaran, Rusdiyono, mengatakan, potensi manggis di Paninggaran luar biasa. Menurutnya, bukan sekedar kuantitasnya, namun kualitasnya juga bagus. Setiap musim panen buah manggis yang diproduksi di wilayah itu mencapai 1.500 ton. "Itu yang terdata, jika dengan yang belum terdata seperti yang dikirim ke Kajen dan sebagainya lebih dari itu," ujar dia.

Menurutnya, kualitas manggis Paninggaran memiliki ciri khas. Rasa lebih manis, dan dari bentuk dan penampilannya disukai eksportir. "Namun untuk ekspor selama ini kami harus melalui Tasikmalaya atau Bandung. Sebab untuk ekspor, ada syarat 'packing house'. Ini standar untuk sertifikasi ekspor. Dengan dukungan yang luar biasa dari pemerintah kabupaten, semoga kedepannya bisa ada 'packing house' di Paninggaran," katanya.

Ditambahkan, dukungan dari Dinas Pertanian selama ini luar biasa. Bantuan berupa pupuk, bibit berkualitas, pelatihan untuk petani, dan pendampingan terus dilakukan. Dari pihak desa sendiri terus berupaya memberi dukungan agar potensi manggis di wilayah itu bisa semakin berkembang. "Khusus untuk petani miskin, desa kami ada program padat karya. Pemupukan, penyiangan dan sebagainya yang bekerja warga miskin juga," ujar dia.

Salah satu pengepul buah manggis, Khoirul Anam, mengatakan, saat musim panen manggis, dalam satu bulan rata-rata ia mampu mengeskpor 400 keranjang buah manggis, atau sekitar 60-an ton perbulannya. Buah manggis biasanya diekspor ke Cina dan Dubai. "Untuk buah manggis ekspor, biasanya telinganya penuh, tidak bergetah, dan warnanya tidak terlalu hitam. Keunggulan manggis di sini bentuknmya lonjong," terang dia.

Kasi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pekalongan Rintono menambahkan, untuk saat ini Dinas Pertanian masih fokus untuk menggenjot produksi buah manggis, sehingga fokus kegiatan dititikberatkan pada aspek budidayanya. Diharapkan, ada perubahan sikap dan perilaku petani, dari usaha tani tradisional ke rasional. "Permintaan manggis dari luar cukup banyak. Kita tata petaninya dulu melalui pelatihan-pelatihan dan lainnya. Sejak 2015, berbagai stimulan seperti bibit manggis unggul dan lainnya kita berikan," ujarnya.

Disebutkan, populasi pohon manggis di Kecamatan Paninggaran sekitar 23.800 pohon. Yang sudah berproduksi, kata dia, sekitar 7.750 pohon, dengan rata-rata produksi 2 kuintal perpohonnya. "Populasi pohon manggis tersebar di delapan kecamatan di Kabupaten Pekalongan. Terbanyak di Paninggaran, disusul Kandangserang dengan 9.900 pohon, dan terbanyak ketiga di Lebakbarang dengan 1.900 pohon," imbuhnya. (ap5)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: