Temuan Batu Bata di Bototumpang Diduga Bekas Tempat Pemujaan

Temuan Batu Bata di Bototumpang Diduga Bekas Tempat Pemujaan

OBSERVASI - Tim Balai Pusat Arkeologi Nasional Tim Balai Pusat Arkeologi Nasional hingga kemarin terus melakukan observasi keberadaan batu bata ukuran cukup besar di Dusun Bototumpang, yang diduga sebagai bagian dari benda peninggalan bersejarah dari sebuah kerajaan di masa lampau. NUR KHOLID MS

Tim Arkeologi Akan Uji Sampel di NewZealand

Proses observasi benda cagar budaya (BCB) warisan kerajaan masa silam yang terus dilakukan Tim Balai Pusat Arkeologi Nasional di Dusun Bototumpang, Desa Karangsari, Kecamatan Rowosari, akhirnya kian menemukan titik terang. Disebutkan, batu bata yang berserakan di lokasi tersebut diketahui sebagai bekas kawasan candi atau komplek pemujaan.

Ketua Tim Balai Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Agusti Janto Indrajaya mengatakan, tidak hanya candi, bahkan bangunan dinding juga ditemukan di sekitar kawasan candi, sehingga diduga komplek bangunannya cukup uas.

"Perkiraan luas wilayah candi di Dusun ototumpang ini sekitar 10 x 10 meter. Tetapi yang tersisa bagian kaki ke bawah masih cukup tinggi, yakni hampir satu setengah meter lebih," terangnya.

Menurut Agusti, proses observasi di Dusun Bototumpang tidak akan dilakukan secara menyeluruh, melainkan bertahap. Karena itu, observasi lanjutan akan dilakukannya pada tahun depan. Saat ini, pihaknya hanya akan menyelesaikan tahapan observasi yang ada, seperti pengambilan sampel material candi. "Tidak lama, tim hanya tinggal beberapa hari dengan beberapa kegiatan lagi di sini. Tidak selesai tahun ini, tahun depan bisa dilanjutkan lagi penelitiannya," ungkapnya.

Diakui Agusti, timnya belum bisa memastikan usia candi Dusun Bototumpang, apakah peninggalan abad 9 atau 10. Sebab bangunan candi itu berbeda dengan candi dan fragmen kepala bermahkota gambar tengkorak yang ditemukan di di Desa Jungsemi, Kecamatan Kangkung, yang diketahui warisan abad 9. Dulu, para arkeolog juga menemukan arca Hindu di lokasi tersebut.

"Kita belum bisa katakan candi di Bototumpang ini dari abad ke berapa. Karena dari observasi ini belum ada tanda yang bisa diambil sebagai patokan. Tetapi kita akan ambil batu batanya untuk sampel. Lalu akan kita bawa ke New Zealand untuk diteliti. Kita baru dapat hasilnya 3 hingga 4 bulanan. Dengan hasil itu, kita nantinya juga bisa tahu kapan candi itu dibangun," timpalnya.

Dijelaskan, hasil observasi yang dilakukan para arkeolog di wilayah Jawa tengah cukup banyak menemukan situs peninggalan benda bersejarah. Akan tetapi tidak sedikit situs yang saat ditemukan kondisinya sebagian besar sudah hancur dan hanya sedikit yang masih utuh.

"Seperti situs candi di Bototumpang ini kondisinya yang masih utuh. Hanya saja saya belum bisa mengatakan candi ini peninggalan dari abad ke berapa. Karena baru candi yang kita dapati dalam observasi ini. beda dengan yang di Kangkung, ada candi dan arcanya, sehingga bisa kita bandingkan," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, Tim Balai Pusat Arkeologi Nasional menemukan dua candi bata dan fragmen bagian kepala bermahkota gambar tengkorak setelah melakukan penggalian tanah sedalam satu meter di Desa Jungsemi, Kangkung.

Berdasarkan antefiks dan kala atau hiasan pada candi, kedua candi tersebut diyakini berasal dari abad ke-9 di Jawa Tengah. (lid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: