Pola Tanam Semusim Ikut Picu Longsor
*Perhutani Minta Warga Bawang Rubah Pola Tanam
BATANG - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Timur meminta masyarakat Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang merubah pola pertanian yang ada selama ini agar lebih ramah lingkungan.
Hal itu menyusul sering terjadinya bencana tanah longsor di wilayah Bawang, yang satu di antara pemicunya adalah alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian intensif atau semusim.
"Semua lahan di Bawang rawan longsor karena labil, terlebih lahan yang berada di pegunungan Dieng sebelah utara. Oleh karena itu, kami harap kesadaran masyarakat untuk merubah pola tanam pertaniannya," ujar Administratur KPH Pekalongan Timur, Untoro Tri Kurniawan, Senin (10/1/2021).
Menurutnya, butuh waktu yang relatif lama untuk menyadarkan masyarakat guna merubah pola pertanian insentif, menjadi pola tanam yang ramah lingkungan.
"Kalau kita lihat tadi di sepanjang jalan, terlihat jenis tanaman semusim, seperti kentang. Yang itu sebenarnya bertentangan dengan kontur tanah. Karena tanaman kentang itu sifatnya tidak bisa atau boleh tergenangi air, jadi tanaman itu melawan kontur," katanya.
Pertanian kentang, kata Untoro, sangat memicu timbulnya aliran air cukup deras, yang bisa menjadikan guguran guguran tanah. "Ya, ada lahan milik perhutani yang digunakan masyarakat untuk tanaman kentang, kurang lebih luasannya mencapai 3 hektar. Kami mengetahui itu, namun kita selalu berupaya menyadarkan masyarakat, karena proses untuk menyadarkan masyarakat butuh waktu, dan bukan hanya tugas perhutani, melainkan juga instansi terkait," terangnya.
Ia mengatakan, tidak ada sistem sewa lahan atau bagi hasil, atas adanya penggunaan lahan milik perhutani oleh masyarakat untuk tanaman kentang itu.
"Tidak ada sistem sewa pada perhutani. Kami sebenarnya sudah melarang masyarakat, dan meminta merubah pola tanam atau kebiasan pertanian kentang. Kami harap masyarakat mengembalikan lagi lahan itu kesemula (hutan,red), bukan tanaman pertanian," katanya.
Ia menegaskan, bahwa Kecamatan Bawang termasuk wilayah yang harus dijaga konservasinya. Sebab, Bawang merupakan wilayah yang memiliki lahan yang rawan longsor, tanahnya relatif labil.
"Terkait peristiwa tanah longsor di Pranten, lahan milik Perhutani yamg terdampak hanya 1 hektar, dan letaknya paling atas. Tidak ada tanaman kentang pada lahan milik perhutani yang terdampak longsor," tukasnya. (fel)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: