Kisah Taufiq Ismail dan Puisi
Kisah Taufiq Ismail di Pekalongan-Instagram taufiqismail.id-
RADARPEKALONGAN.CO.ID - Maestro sastra Indonesia itu pernah hidup di Pekalongan, inilah kisah Taufiq Ismail dan puisi "Pekalongan Lima Sore" karangannya.
Bagi mereka yang menggeluti dunia sastra atau penyuka puisi pasti sudah tak asing lagi dengan tokoh bernama Taufiq Ismail, sosok penyair sekaligus sastrawan ternama di Indonesia.
Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi pada tanggal 25 Juni 1935 dari pasangan Abdul Gaffar Ismail dan Sitti Nur Muhammad Nur. Ayahnya adalah seorang ulama yang mendirikan Partai Permi (Persatuan Muslim Indonesia).
Dilansir dari buku "Ensiklopedia Tokoh Pekalongan", ditulis M. Dirhamsyah dan diterbitkan oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Pekalongan, disebutkan ternyata Taufiq Ismail sudah berada di Pekalongan sejak kecil hingga remajanya.
BACA JUGA:Inilah Kyai Pekalongan yang Menjadi Guru dari Muammar ZA, Qori' Indonesia yang Mendunia
Sastrawan yang diberi gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah itu masuk ke Pekalongan saat usianya masih 3 bulan, ia bersama keluarganya pindah ke Pekalongan lantaran ayahnya harus menjalani hukuman pembuangan setelah Partai Permi dibubarkan paksa oleh Belanda.
Taufiq Ismail dan keluarga mulanya tinggal di daerah Sampangan, lalu pindah ke Jl. Kejaksaan yang sekarang menjadi Jl. Bandung, masuk Kelurahan Sugihwaras, Kecamatan Pekalongan Timur.
Keluarga KH Abdul Gaffar Ismail diterima baik oleh masyarakat Pekalongan yang saat itu sudah memiliki kemandirian ekonomi yang kuat, Pekalongan banyak didatangi tokoh-tokoh pergerakan nasional, sebab di sini banyak pengusaha-pengusaha yang suka membantu pergerakan melawan penjajah melalui sumbangan dana.
Memasuki masa sekolah, Taufiq bersama keluarganya sempat berpindah-pindah kota, mulai dari Solo, Semarang, Salatiga, Yogyakarta, dan kembali ke kota kelahirannya Bukittinggi hingga tamat SMP.
BACA JUGA:Habib Hasyim bin Yahya Pekalongan, Kakek Habib Luthfi yang Terkenal Sangat Alim
BACA JUGA:Habib Ahmad bin Abdullah Al-Athas Pekalongan: Ulama Besar yang Istiqamah dan Zuhud
Ada beberapa tokoh dari Pekalongan yang meminta KH Abdul Gaffar Ismail untuk kembali membina umat di Kota Batik ini, alhasil Taufiq Ismail pun kembali ke Pekalongan dan sekolah di SMA Negeri 1 Pekalongan.
Cita-citanya menjadi seorang sastrawan membawanya pada kegemaran membaca, di Pekalongan ia semakin tidak jauh dari buku, pada tahun 1954-1956 Taufiq pernah menjadi pengurus perpustakaan PII Pekalongan bersama Suci Ningrat Ratmana.
Untuk mengenang masa kecil dan remajanya di Pekalongan, Taufiq Ismail menciptakan sebuah puisi berjudul "Pekalongan Lima Sore", puisi yang ditulis pada tahun 1961 ini berisi tentang suasana di Pekalongan dan kejayaan batik Pekalongan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: