Terus Inovasi Produk Olahan, Es Krim Tempe pun Laku Dipasarkan
Pandemi Covid-19 membuat banyak sektor usaha kecil kembang kempis. Tak terkecuali pelaku usaha tempe rumahan yang selain dihantam pandemi juga harus merasakan beratnya kenaikan harga bahan baku kedelei. Karena itu, mereka memilih terus berkreasi dan berinovasi demi bertahan di masa sulit.
SALAH satunya adalah Dzikriyah (44), perajin tempe asal Kelurahan Kuripan Kertoharjo, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan. Dia memutuskan tetap berproduksi, meski keuntungan yang dihasilkan mungkin tidak lebih untuk perputaran saja.
13 tahun menekuni usaha tempe membuat Dzikriyah lebih survive dalam menghadapi kondisi krisis ini. Bukan hanya mahalnya bahan utama tempe yakni kedelai saja, namun bertahan untuk tetep produksi di tengah daya beli konsumen rendah tak khayal justru membuatnya merugi. Maka sejak tahun 2015 hingga sekarang Dzikriyah konsen pada pengembangan inovasi tempe menjadi aneka produk olahan yang memiliki nilai lebih dipasaran.
"Tempe sendiri kan tidak mampu bertahan lama, dan kadang kalau jualan masih ada sisa. Sayang kalau harus dibuang terus, dikasihkan tetangga pun kalau tiap hari kan bosan. Sehingga muncul ide untuk berkreasi tempe, " kata Dzikriyah kepada Radar, Selasa (26/1/21).
Dzikriyah menjelaskan, ilmu yang dipelajari untuk mengkreasikan olahan bahan utama tempe tersebut tidak keseluruhan otodidak melainkan keikutsertaanya dalam beragam pelatihan.
"Ikut pelatihan dari perwakilan kelurahan di UNES, sempat dapat juara pula di perlombaan antar kelurahan dengan kreasi unik pertama saya yakni Es krim tempe. Meski di awal pernah gagal akibat rasa yang kurang, lambat laun saya tingkatkan hingga sekarang jadi produk unggulan saya saat ini, "jelasnya.
Beragam kreasi tempe dimunculkan Dzikriyah mulai dari Es Krim tempe, coklat tempe, Egg roll tempe, puding tempe, Nastar tempe, stik tempe, bakso tempe hingga aneka makanan kering lainnya. Pelanggan pun tidak hanya di Pekalongan saja melainkan hingga luar daerah.
"Yang masih jadi favorit saat ini meski pandemi yakni olahan kreasi es krim tempe biasanya saya diminta dari sekolah-sekolah untuk ajarkan anak-anak belajar bikin es krim tempe. Ikut program kunjungan gitu dari TK/PAUD. Dan alhamdulillah banyak permintaan. Pesanan Egg Roll tempe juga diminati setiap bulanya ada, terakhir pesanan datang dari Kudus, "terangnya.
Industri rumahan yang dirinya rintis bersama penjual tempe lainya dilingkungan wilayah Kuripan Kertoharjo yang dikenal dengan kampung tempe ini tetap bertahan ditengah kondisi krisis ini.
"Terkendala masih di pemasaran, kalau kondisi kayak gini ndak berani nyetok. Palingan tunggu orderan masuk baru dibikin. Tak jarang juga diposting di online dimasa seperti ini cukup membantu, " terangnya.
Meski keseluruhan produk Dzikriyah berbahan dasar tempe, namun persoalan rasa dan kwalitas dirinya menjamin. Bahkan ada sensasi berbeda di setiap olahan produknya. Misalnya Egg roll tempe yang ada kletis-kletis dari tekstur tempe yang diolah kasar.
"Kalau harga standar untuk Egg roll tempe perbungkus Rp 22.000 dan untuk kardus kecil Rp 15.000 saja, "ungkap Dzikriyah.
Produk olahan tempe Dzikriyah sendiri terus dikembangkan, rencana produk baru pun akan dikeluarkan.
"Pengen tambah kreasi lagi bikin tempe bacem yang nantinya di fakum. Sehingga lebih praktis untuk dikonsumsi dan ketahanan sendiri bisa sedikit lama. Sembari konsen perbaiki pemasaran produknya supaya lebih dikenal lagi. Semoga lah produk tempe saya bisa masuk jadi referensi oleh-oleh khas Pekalongan kedepanya," tutupnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: