24 Sekolah di Kota Santri Rawan Bencana
**Banjir, Rob, dan Longsor
KAJEN - Sebanyak 10 sekolah dasar (SD) dan empat sekolah menengah pertama (SMP) di empat kecamatan di Kabupaten Pekalongan rawan bencana, baik rob, banjir, dan longsor.
Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Pekalongan Sumarwati, Jumat (27/12). Kata dia, Dindikbud sudah melakukan pemetaan sekolah-sekolah yang dinilai rawan bencana alam. Sekolah yang masuk kriteria rawan bencana menjadi skala prioritas dalam usulan anggaran di Dindikbud di tahun 2020.
"Kita sudah melakukan pemetaan dan sekolah rawan bencana ini menjadi skala prioritas dalam usulan anggaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020," ujar Sumarwati.
Diterangkan, untuk sekolah dasar ada 20 sekolah yang masuk kriteria rawan bencana, dan ada empat SMP yang dinilai rawan bencana. Menurutnya, sekolah rawan bencana itu berada di empat kecamatan di Kabupaten Pekalongan, yakni di Kecamatan Wonokerto, Paninggaran, Lebakbarang, dan Kecamatan Petungkriyono.
"Contohnya ada sekolah yang lokasinya di perbukitan, sehingga rawan longsor makanya kita usulkan ada bangunan penguat berupa talud. Ada juga usulan untuk rehab sekolahnya," terang Sumarwati.
Camat Petungkriyono Farid Abdul Hakim, menerangkan, di Kecamatan Petungkriyono sekolah dengan akses susah dan rawan di antaranya SDN Tlogopakis 4, SDN Simego 02, SDN 02 Kayupuring, SDN 01 Yosorejo, dan SDN 03 Songgowedi.
Berdasarkan penelurusan Radar, belasan sekolah dasar di Kecamatan Petungkriyono dan Lebakbarang berada di daerah rawan bencana alam. Pasalnya, lokasi sekolahan berada di lereng perbukitan yang rawan bencana tanah longsor. Selain itu, akses jalan menuju ke sekolahan rawan bencana tanah longsor dan pohon tumbang, sebab melintasi medan yang sulit dan berada di tengah hutan. Beberapa SD yang rawan bencana alam di Petungkriyono di antaranya SD Tlogopakis 4, SDN Simego 2, SD Songgowedi 3, SD Curugmuncar, SD Songgowedi 1, dan SD Tlogohendro 3.
"Untuk bangunan sekolah memang sebagian besar berada di lereng perbukitan, sehingga rawan bencana tanah longsor," terang Fajril Saputra (32), warga Petungkriyono. Namun bukan sekedar bangunan sekolah yang terancam bencana alam. Dikatakan, akses menuju ke sekolahan juga melalui medan berbahaya dan rawan bencana alam, terutama tebing jalan longsor dan pohon tumbang. Jika hujan disertai angin kencang, banyak tebing di kanan-kiri jalan menuju ke lokasi sekolahan rawan longsor, dan pohon-pohon besar di tepi jalan berpotensi roboh.
Oleh karena itu, saat musim hujan diimbau kepada guru dan pelajar untuk lebih waspada dan berhati-hati, terutama saat hujan deras disertai angin kencang. Apalagi, sebagian besar guru yang mengajar di wilayah pegunungan ini laju dari bawah.
Meskipun berada di daerah rawan bencana, tak menyurutkan semangat anak-anak untuk berangkat ke sekolah, dan para guru untuk mengajar di wilayah atas tersebut. Meskipun saat musim hujan terkadang ada hambatan. Misalnya, akses jalan tertutup akibat pohon tumbang atau tebing jalan longsor menutupi jalan. Namun, mereka sekuat tenaga untuk tetap datang ke sekolah. Bahkan, tidak sedikit yang membopong motornya agar melalui akses jalan yang tertutup tadi. (had)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: