Polri Duga Massa yang Buat Kericuhan Adalah Massa Bayaran
Mabes Polri menduga bahwa massa yang melakukan aksi unjuk rasa dan membuat kericuhan di sejumlah titik di Jakarta pada Selasa malam hingga Rabu pagi adalah massa bayaran.
"Dugaan sementara, massa yang datang dari luar Jakarta. Kami juga menemukan beberapa amplop berisi uang," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu
Iqbal pun tidak merinci betapa banyak uang yang ada di dalam amplop tersebut.
"Kami belum tahu, kami tidak membukanya," katanya.
Polri juga menduga beberapa insiden yang menyebabkan kericuhan merupakan setting-an dan massa anarkis itu diduga merupakan massa bayaran.
"Bukan peristiwa spontan tapi by design,'settingan. Diduga ini massa settingan, massa bayaran untuk menciptakan rusuh," jelas Iqbal, seperti dilansir Antara.
Iqbal menyebut ada barang-barang yang diamankan dari massa settingan ini. Termasuk bayaran melalui amplop yang masih dipegang oleh massa tersebut.
"Ada 1 ambulans ada logo partainya itu penuh dengan batu dan alat-alat. Sudah kami amankan, Ada juga kami geledah massa-massa itu ada amplop dan uangnya, sudah disita, Polda Metro Jaya sedang mendalami," katanya.
Ia menjelaskan kronologis peristiwa kerusuhan yang terjadi di sejumlah titik di Jakarta.
"Pada Selasa (21/5) pukul 10 pagi massa melakukan aksi damai di Kantor Bawaslu hingga pukul 21.00 WIB setelah massa melakukan sholat taraweh," katanya.
Namun sekira pukul 23.00 WIB. ada massa yang berulah anarkis dan provokatif serta berusaha merusak berrier dan merusak petugas.
"Sesuai SOP sudah tidak ada lagi massa yang melakukan aksi, namun massa itu yang berada di ruas jalan di Jalan Sabang dan Wahid Hasyim bukannya kooperatif tapi menyerang petugas (lempar batu, melotov, petasan ukuran besar). Massa itu sangat brutal," jelas Iqbal.
Polri pun terus mengimbau agar massa membubarkan diri hingga pukul 03.00 WIB dinihari.
"Mereka tak kunjung kooperatif, sehingga terpaksa kita dorong agar massa bubar," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: