Perluas Pasar, UNISS Batang Transformasikan Batik Rifaiyah Jadi Produk Kreatif Kekinian

Rabu 19-11-2025,13:55 WIB
Reporter : Novia Rochmawati
Editor : Dony Widyo

BATANG – Batik Rifaiyah yang selama ini dikenal sebagai batik klasik bernapas Islami kini mulai bertransformasi menjadi produk ekonomi kreatif yang lebih modern.

BACA JUGA:Rohmatun Resmi Dilantik sebagai Anggota DPRD Batang Antar Waktu

Inovasi ini merupakan hasil pendampingan program hibah Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) yang berada di bawah LLDIKTI Wilayah VI yang diinisiasi oleh Universitas Selamat Sri (UNISS) Batang bekerja sama dengan Universitas Nasional Karang Turi Semarang. 

Ketua Tim Pengusul, Anik Rahmawati menjelaskan bahwa pengembangan ini berawal dari penelitiannya pada tahun 2022 mengenai motif Rifaiyah. Penelitian tersebut berlanjut menjadi program pengabdian yang menggandeng pengrajin Kampung Batik Rifaiyah sebagai mitra.

BACA JUGA:Melon Jadi Komoditas Unggulan Baru di Batang, Potensial untuk Pasar hingga Agrowisata Petik Buah

“Kami ingin Batik Rifaiyah tidak hanya hadir sebagai kain, tetapi juga menjadi produk yang bisa digunakan masyarakat sehari-hari,” ujarnya saat menggelar workshop di Galeri Batik Rifa'iyah Kalipucang Wetan, Rabu 19 Maret 2025.

Kegiatan workshop ini juga dihadiri Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Batang Darsono, Rektor UNISS, dinas terkait, pengrajin dan mahasiswa dan pelajar SMA/K sederajat. 

Anik menambahkan, pihaknya juga telah melakukan pendampingan sejak 1 Oktober 2025. Dimana para pengrajin mulai memproduksi beragam turunan batik, antara lain busana, tas, sepatu, perlengkapan kantor, tumbler, mug, hingga gantungan kunci.

“Merchandise ini sekaligus strategi pemasaran, agar pembeli punya kesan dan tertarik untuk kembali,” kata Alita.

Perwakilan pengrajin Rifaiyah, Miftakhutin, menyampaikan bahwa inovasi ini menjadi angin segar bagi keberlanjutan batik mereka. Ia menilai perubahan diperlukan agar Batik Rifaiyah tidak hanya diminati kalangan tertentu.

“Inovasi ini memang harus ada, karena tuntutan zaman. Kalau batiknya hanya klasik saja, yang suka ya cuma kalangan itu-itu saja,” ujar Miftakhutin.

Ia menjelaskan bahwa generasi muda di komunitas Rifaiyah mulai mendorong pembaruan tanpa meninggalkan akar tradisi.

“Kita mencoba mengubah pola pikir bahwa Batik Rifaiyah tidak harus stagnan pada bentuk klasik. Dengan adanya produk turunan seperti tas dan sepatu, ini memberi khasanah baru bagi perkembangan fashion, terutama fashion Islami,” katanya.

Miftakhutin juga mengapresiasi kolaborasi dengan akademisi.

“Saya bersyukur sekali ada inovasi ini. Kolaborasi kami dengan akademisi luar biasa dan membuka peluang baru bagi pengrajin,” ujarnya. (Nov) 

Kategori :