Gelar Sarasehan di Alam Terbuka, ISNU Pekalongan Tanamkan Nilai Persaudaraan Semesta

Minggu 14-12-2025,14:01 WIB
Reporter : Rifki
Editor : Dony Widyo

RADARPEKALONGAN.CO.ID - Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Kabupaten Pekalongan terus berkomitmen mencetak generasi muda yang inklusif. Bekerjasama dengan mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid (UIN Gus Dur), ISNU menggelar Sarasehan Moderasi Beragama dengan konsep unik di alam terbuka Wisata Kali Paingan, Linggoasri, Sabtu 13 Desember 2025.

Kegiatan ini melibatkan 50 mahasiswa dari Kelas Moderasi Beragama Program Studi Tadris Bahasa Indonesia (TBI) dan Ilmu Gizi. Di tengah sejuknya suasana pegunungan, para akademisi muda ini diajak berdialog langsung dengan tokoh-tokoh lintas iman.

Ketua PC ISNU Kabupaten Pekalongan, Dr. Moh. Nasrudin, M.Pd.I, dalam sambutannya menekankan pentingnya memperluas definisi persaudaraan. Menurutnya, toleransi di Indonesia tidak boleh berhenti pada sesama manusia saja.

“Kita harus saling menjaga. Jika kita tidak bersaudara dalam iman, kita bersaudara senegara. Jika bukan senegara, kita bersaudara sesama manusia. Namun tingkatan tertingginya, jika kita bukan saudara sesama manusia, ingatlah bahwa kita adalah saudara sesama ciptaan Tuhan,” tegas Nasrudin.

Nasrudin menambahkan, konsep persaudaraan semesta ini relevan dengan lokasi acara di alam terbuka. “Jangankan menyakiti manusia karena beda agama, terhadap binatang dan tanaman pun kita dilarang merusak dan menyakiti,” imbuhnya.

Diskusi yang dipandu oleh Khairul Anwar, M.E. (Ketua PAC ISNU Tirto) ini menghadirkan tiga perspektif berbeda namun satu tujuan.

Pendeta Evi Julianti Rumagit Zebua, S.Si-Teol, mewakili tokoh agama Kristen, menggarisbawahi ajaran kasih dalam Matius 22:39. “Inti iman Kristen adalah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Di Indonesia, hal ini kita wujudkan lewat kerja sama sosial lintas agama tanpa sekat,” ujarnya.

Sementara itu, Tokoh Agama Konghucu, Herman Mulyanto, memaparkan filosofi Zhongyong atau Jalan Tengah. Ia menjelaskan bahwa moderasi dalam Konghucu berarti menjaga keseimbangan hubungan (Wulun) dan mengedepankan etika kemanusiaan (Ren). “Kita didorong untuk rendah hati dan menghindari ekstremisme demi harmoni sosial,” jelas Herman.

Suasana semakin hangat saat Tokoh Penghayat Kepercayaan, Sri Rengganis, berbagi kearifan lokal Jawa. Ia menjelaskan konsep Memayu Hayuning Bawana yang mengajarkan harmoni dengan alam dan sesama. “Ritual kami seperti slametan melibatkan semua tetangga tanpa melihat agama, ini bukti kerukunan yang cair dan alami,” tuturnya.

Melalui kegiatan ini, PC ISNU berharap para mahasiswa dapat menjadi duta moderasi yang aktif menyebarkan virus perdamaian di lingkungan kampus maupun masyarakat luas.

Tags :
Kategori :

Terkait