Ayah Turun Tangan, Program Ambil Rapor Hidupkan Peran Orang Tua di Batang

Minggu 21-12-2025,17:53 WIB
Reporter : Novia Rochmawati
Editor : Dony Widyo

Waktu pagi sengaja dipilih agar para ayah tetap bisa berangkat bekerja setelah mengambil rapor.

“Ambil rapor dulu, diskusi dengan guru, lalu mereka berangkat kerja. Bergilir dari kelas 1 sampai kelas 6,” jelasnya.

Esti mengaku kerap berdialog langsung dengan para ayah. Banyak yang menyampaikan alasan ibu tidak hadir karena harus bekerja atau mengurus anak kecil.

“Biasanya ibu jualan atau mengurus adik di rumah, jadi ayah yang datang,” tuturnya.

Jika sebelumnya sekitar 80 persen pengambil rapor adalah ibu, tahun ini kondisinya berubah drastis.

“Sekarang dari kelas 2 sampai kelas 6, bapak-bapaknya jauh lebih banyak,” ungkap Esti.

Ia menilai program ini membuka komunikasi yang lebih seimbang antara sekolah dan keluarga.

“Supaya yang tahu perkembangan anak bukan hanya ibu, tapi ayah juga,” katanya.

Tak hanya di tingkat SD, dampak emosional program ini juga dirasakan orang tua siswa SMP. Setia, orang tua siswa SMPN 3 Batang, mengaku awalnya merasa canggung.

“Deg-degan juga, takut nilainya jelek,” ujarnya.

Namun rasa cemas itu berubah menjadi kebanggaan setelah mendengar penjelasan guru.

“Alhamdulillah, nilainya cukup dan prestasinya bagus. Itu kebanggaan bagi orang tua,” katanya.

Menurut Setia, kehadiran ayah memberi validasi emosional yang penting bagi anak.

“Anak jadi tahu kalau ayah juga peduli. Ini membangun ikatan emosional,” ujarnya.

Ia bahkan berencana memberi apresiasi sederhana sebagai bentuk dukungan.

“Enggak harus mahal. Yang penting anak tahu ayah bangga,” ucapnya.

Kategori :