Dua Tahun Beroperasi, Aston Pekalongan Syariah Perkuat Pasar Hotel Berbasis Syariat

Senin 22-12-2025,10:14 WIB
Reporter : Dwi Fusti Hana Pertiwi
Editor : Dony Widyo

Radarpekalongan.co.id— Aston Pekalongan Syariah menandai dua tahun perjalanannya sebagai hotel bintang empat berbasis syariat dengan menggelar temu santai bersama insan media. Momentum ini menjadi ruang refleksi atas proses tumbuh dan adaptasi hotel di tengah dinamika Kota Pekalongan yang terus berkembang sebagai kota transit, industri, batik, sekaligus kota santri.

General Manager Aston Pekalongan Syariah, Nadia Idris, menyebut dua tahun pertama ibarat fase belajar berjalan. Dimulai dari pra-pembukaan hingga operasional penuh, hotel di bawah naungan Archipelago International ini menghadapi berbagai tantangan yang berhasil dilalui melalui konsistensi SOP, strategi pasar yang adaptif, serta soliditas tim.

“Dua tahun ini bukan perjalanan mudah. Namun Alhamdulillah, dengan kerja tim dan strategi yang tepat, kami mampu menjaga kualitas layanan hingga mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari Archipelago,” ujar Nadia.

Sebagai hotel syariah pertama dengan brand Aston, tantangan utama terletak pada penerapan nilai syariat secara menyeluruh tanpa mengurangi standar layanan hotel bintang empat. Konsep syariah diterapkan mulai dari prosedur check-in, tidak adanya hiburan live music, busana syar’i bagi staf perempuan, hingga atmosfer religius yang terasa sejak tamu memasuki area hotel.

“Banyak tamu awalnya baru sadar ini hotel syariah saat check-in. Tapi justru mereka merasakan kenyamanan dan ketenangan yang berbeda,” jelasnya.

Dengan 11 ruang pertemuan termasuk ballroom, Aston Pekalongan Syariah juga menghadirkan pendekatan unik dalam penyelenggaraan acara. Suasana hotel diperkuat dengan lantunan murotal Al-Qur’an, azan, dan kajian yang diputar terjadwal di area publik hingga kamar.

“Bahkan ada tamu yang bilang suasananya seperti di Makkah atau Madinah,” ungkap Nadia.

Dari sisi pasar, okupansi hotel sangat dipengaruhi karakter Kota Pekalongan. Posisi strategis sebagai kota transit jalur Jakarta- Semarang–Surabaya, kekuatan sektor industri tekstil yang kini berkembang ke Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), serta identitas sebagai Kota Batik, menjadi penopang utama tingkat hunian.

“Banyak tamu datang khusus berburu batik, bahkan dari Sumatera, menginap tiga sampai empat hari,” katanya.

Okupansi hotel bersifat fluktuatif. Pada musim liburan dan high season, tingkat hunian bisa mencapai 60–65 persen. Sementara tahun ini terjadi penurunan sekitar 30 persen dibanding tahun sebelumnya, terutama akibat efisiensi anggaran sektor pemerintahan. Meski demikian, secara year to date, okupansi masih berada di kisaran 60 persen, dengan lonjakan biasanya terjadi saat libur sekolah dan akhir tahun.

BACA JUGA:Amandaru Hotel Resmi Dibuka, Ikon Penginapan Baru Bernuansa Budaya di Depan Stasiun Pekalongan

BACA JUGA:Hotel Santika Pekalongan & Rencang Dolanan Hadirkan Pengalaman Cinematic Pilates Pertama di Pekalongan

BACA JUGA:Genjot Hunian Lewat Promo Octofest, Parkside Mandarin Dorong Geliat Bisnis Perhotelan di Kota Batik

Selain korporasi dan pemerintahan, segmen keluarga dan generasi muda juga mulai dibidik melalui program dan promosi yang disesuaikan tren pasar, termasuk Gen Z, tanpa meninggalkan nilai syariah.

Dari sisi prestasi, Aston Pekalongan Syariah mencatat capaian membanggakan. Hotel ini masuk lima besar nasional Net Promoter Score (NPS) di jaringan Archipelago International, menandakan tingkat kepuasan dan loyalitas tamu yang tinggi. Sejumlah penghargaan internal juga diraih, termasuk Best Barista tingkat nasional dan Best IT, seiring penerapan sistem hotel berbasis teknologi pintar dan cloud.

Kategori :