BATANG, RADAR PEKALONGAN.DISWAY.ID - Warga desa terdampak PLTU Batang di Kecamatan Tulis mendorong agar fly ash dan bottom ash (FABA) tidak hanya dikelola sebagai sisa produksi, tetapi dimanfaatkan langsung oleh masyarakat melalui skema pelatihan keterampilan dan pemberdayaan ekonomi.
Aspirasi tersebut disampaikan dalam kegiatan Sambang Desa di Lapangan Desa Ponowareng, Selasa (23/12/2025).Dalam forum tersebut, salah satu warga Darsani, menilai pemanfaatan FABA memiliki dasar hukum yang kuat. Ia merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 yang menyatakan fly ash dan bottom ash tidak lagi dikategorikan sebagai limbah B3.
“Dengan aturan itu, FABA sebenarnya bisa dikelola masyarakat. Tapi kami berharap ada pelatihan dari pemerintah agar produk batako atau paving yang dibuat benar-benar berkualitas dan layak jual,” ungkapnya.
Menurutnya, jika dikelola secara kolektif oleh warga desa terdampak, FABA tidak hanya meningkatkan ekonomi masyarakat, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan infrastruktur desa, termasuk perbaikan jalan yang selama ini terdampak aktivitas kendaraan berat.
BACA JUGA:RSUD Batang Kini Miliki Layanan Dokter Spesialis Saraf Bidang Ilmu Faal Olahraga dan Klinis
Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Batang Suyono menilai pemanfaatan FABA akan memberi manfaat maksimal jika masyarakat dilibatkan sebagai pengelola sekaligus pelaku usaha, bukan sekadar penerima bantuan. Apalagi, produksi fly ash PLTU Batang mencapai sekitar 200 ribu ton per tahun, yang berpotensi besar diolah menjadi bahan bangunan bernilai jual.
Suyono menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Batang membuka peluang pemanfaatan FABA berbasis pemberdayaan masyarakat. Menurutnya, pengolahan FABA menjadi batako atau paving block perlu disertai pelatihan kompetensi agar produk yang dihasilkan memenuhi standar kualitas dan memiliki daya saing.
“Kalau dikelola dengan baik dan disertai pelatihan, fly ash ini bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi warga. Bukan hanya mengurangi dampak lingkungan, tapi juga membuka lapangan kerja,” ujar Suyono.
Ia menegaskan, Pemkab Batang berkomitmen mendorong program Corporate Social Responsibility (CSR) PLTU agar lebih tepat sasaran, salah satunya melalui pelatihan pengolahan FABA yang melibatkan dinas terkait, seperti Dinas Ketenagakerjaan.
“Yang dibutuhkan masyarakat bukan hanya bantuan sesaat, tetapi keterampilan dan kemandirian ekonomi. Di sinilah peran CSR PLTU bisa dioptimalkan,” jelasnya.
Melalui kegiatan Sambang Desa, Pemkab Batang berharap aspirasi tersebut dapat ditindaklanjuti menjadi program pemberdayaan yang berkelanjutan, sekaligus memperkuat sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak PLTU Batang. (Nov)