**"Setidaknya, Saya Bisa Meringankan 10 Sampai 20 Cangkulan.."
FAUZI baru saja ikut memakamkan jenazah pasien Covid-19 yang keempat saat ditemui siang itu di Kompleks Pemakaman Sapuro. Dia menepi sejenak menunggu dua jenazah lagi yang akan dimakamkan. Masih dengan baju hazmat lengkap, dia duduk di pinggir kijing salah satu makam. "Semakin banyak saja jumlah kematian setiap harinya," tutur Fauzi membuka obrolan.
Sudah sekitar tiga minggu dirinya ikut serta dalam tim pemakaman dari BPBD Kota Pekalongan. Keprihatinan, rasa kemanusiaan dan solidaritas, menjadi motivasi utamanya memutuskan bergabung. Awalnya, koordinator tim yang juga Kepala Pelaksanaan BPBD, Saminta, menolak saat dia meminta izin untuk membantu. "Mungkin ada rasa sungkan," kata Fauzi. Tapi dengan gigih dia terus merayu hingga akhirnya diizinkan. Fauzi merupakan anggota DPRD Kota Pekalongan yang juga Ketua Komisi A.
Dia mengaku tak peduli akan dinilai seperti apa oleh masyarakat. Yang jelas, dia ingin tenaga yang dimilikinya dapat disalurkan dan bermanfaat bagi orang banyak di tengah pandemi yang makin memprihatinkan. "Saya tidak peduli, tidak mencari sesuatu atau komentar tertentu dari orang lain. Yang penting apa yang saya lakukan dirasakan manfaatnya baik oleh tim pemakaman yang mulai kewalahan, maupun oleh masyarakat. Jika memang ada dan dirasakan manfaatnya. Itu saja," tambahnya.
Baru 15 menit obrolan berlangsung, sirine ambulans terdengar dari kejauhan. Dia memberi kode menunda obrolan untuk melanjutkan tugas. Dua jenazah datang beriringan dalam dua mobil ambulans. Tak ada jeda lagi untuk beristirahat. Dia bergegas menuju dua liang lahat yang sudah dipersiapkan. Dalam tim, Fauzi memiliki tugas yang sama dengan yang lain. Dia mencangkul, mengangkat dan menurunkan peti jenazah ke dalam lubang, hingga sesekali memimpin doa maupun memimpin salat jenazah di lokasi.
Kehadiranya juga sedikit menambah kekuatan tim dalam posisi negosiasi dengan masyarakat. Karena masih sering terjadi konflik karena perbedaan persepsi baik dengan keluarga maupun dengan masyarakat sekitar pemakaman yang seringkali dihadapi Tim Pemakaman BPBD.
Selesai pemakaman, dia kembali ke tempat semula usai seluruh badanya disemprot disinfektan. Setelah sejenak meluruskan kakinya, dia langsung menyambung obrolan yang sempat tertunda. Kali ini dia duduk di tanah dan sedikit menyandarkan tubuhnya kijing makam. Dia menatap kosong ke depan sebelum kemudian melanjutkan cerita bagaimana inisiatifnya itu muncul.
Diawali ketika membaca berita tentang kondisi Covid-19 di Kudus yang saat itu semakin memprihatinkan. Ketakutanya terjadi. Kota Pekalongan juga mengalami kondisi peningkatan yang cukup signifikan. Beberapa kali membaca perjuangan tim pemakaman, dia akhirnya memutuskan menyumbangkan tenaganya untuk membantu mereka. "Saya tak bisa membayangkan bagaimana teman-teman ini kelelehan kalau setiap hari jumlah kasus kematianya meningkat," kata politisi Golkar itu.
Fauzi mengaku setiap hari selalu menyempatkan diri ikut membantu pemakaman. Dia memilih waktu pemakaman siang hingga malam hari demi membagi waktu dengan tugasnya sebagai anggota DPRD. "Biasanya siang jumlah (pemakaman) juga lebih banyak. Pagi saya ngantor dulu. Saya tetap tak meninggalkan tugas utama sebagai wakil masyarakat. Seluruh agenda sebagai anggota DPRD dan ketua Komisi A saya pastikan untuk tuntas semuanya dulu. Saya juga sampaikan ke teman-teman bahwa saya siap untuk jadwal pemakaman siang, sehingga teman-teman juga sudah tahu dan mengantisipasi kondisi. Tapi kalau keadaannya darurat dan memungkinkan saya ikut pagi, saya pasti datang," jelasnya.
Dia juga selalu berkoordinasi dengan tim. Fauzi meminta selalu diberikan update informasi dan jadwal pemakaman setiap harinya. Sehingga dia bisa tahu jika sewaktu-waktu harus bergerak di luar jadwal.
Lantas, kenapa Fauzi memilih menjadi relawan pemakaman? Dia mengaku memiliki ikatan kuat dengan relawan BPBD. Dalam setiap bencana, dia selalu terjun bersama para relawan untuk membantu. "Saya pribadi dengan teman-teman BPBD terbiasa kolaborasi. Mulai dari membantu penanganan banjir, rob, maupun saat awal-awal Covid-19 ini. Jadi saat awal tingkat kematian kasus Covid-19 meningkat di Kota Pekalongan, saya melihat teman-teman kewalahan. Akan seperti apa di sini karena hanya ada satu tim pemakaman saja. Di situ saya tergerak untuk membantu mereka," kata Fauzi sambil sesekali mengibaskan tangan, mengurangi gerah yang dirasakanya.
Dia memang tak bergabung sebagai relawan tim pemakaman sejak awal. Karena menurut Fauzi, saat gelombang pertama Covid-19 di Kota Pekalongan masih terkendali. Jumlah kematian saat itu sekitar dua atau tiga kasus per hari, dan masih dapat ditangani oleh tim. Namun saat gelombang kedua, jumlah kasus kematian meningkat dan itu membuatnya ingin ikut bergerak.
Selain itu, bergerak sebagai relawan juga dikatakan Fauzi sudah menjadi passionya sejak muda. Sehingga dia tak bisa hanya duduk maupun bertindak dari balik layar saja. "Kalau ada yang ngomong, kan bisa bantu sembako, bisa mengkoordinir bantuan, atau membantu masyarakat yang membutuhkan dengan bentuk lain, itu bagi saya sudah kewajiban dan alhamdulillah sudah saya lakukan tanpa ada komando atau gerakan khusus. Tapi untuk yang satu ini, saya memang tergerak untuk ikut bergabung karena ini passion saya sejak muda. Bergerak di lapangan, membantu relawan lain yang kewalahan," ujar aktifis HMI tersebut.
Tekadnya semakin kuat karena dia sudah merasakan sendiri bagaimana kehilangan anggota keluarga karena Covid-19. Pamannya, Profesor Abu Bakar Lahji, guru besar di Universitas Mulawarman Samarinda, meninggal karena Covid-19. Dari sana, dia merasa harus ikut menjadi bagian dari upaya bersama dalam penanganan pandemi ini.
Ditanya terkait teknis pemakaman, Fauzi mengaku tak masalah. Memang, seluruh tim sudah dibekali pelatihan khusus karena pemakaman jenazah pasien Covid-19 berbeda dengan jenazah biasa. Saat bergabung, Fauzi mengaku langsung meminta arahan dari koordinator tim bagaimana teknis pemakaman. "Tidak masalah. Apa yang harus dilakukan saya lakukan. Yang penting bagaimana protokolnya saya ikuti. Saya memang tidak terlatih, tapi setidaknya kehadiran saya bisa meringankan teman-teman. Ibaratnya, kalau dalam satu kali pemakaman ada 100 hingga 150 kali cangkulan, saya bisa membantu meringankan 10 atau 20 kali cangkulan," tuturnya.