*Masyarakat Butuh Perlakuan Khusus
TIRTO - Dampak banjir yang juga turut menimpa Desa Jeruk Sari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, menyisakan pekerjaan rumah bagi pemerintah maupun masyarakat. Terlebih, banjir juga turut mematikan perekonomian warga, terutama yang menggantungkan hidup dari pertanian.
"Sebagian besar masyarakat Jeruk Sari memang menggantungkan matapencahariannya dari sawah. Sementara pasca banjir dan rob, areal persawahan mereka masih tergenang," kata Kades Jeruk Sari, Budi Harto, Kamis (12/3/2020).
Sebagai salah satu penghasil beras dan kangkung terbesar di Kabupaten Pekalongan, kini Jeruk Sari membutuhkan perhatian khusus. "Pemasok pasar di Pekalongan, Batang sampai Pemalang itu kangkung dari Jeruk Sari. Kemudian sawahnya cukup bagus," ujarnya.
Karena sawah masih tergenang, warga praktis tak bisa bercocok tanam. Mengalihkan sawah menjadi kolam ikan pun tidak menyelesaikan masalah.
"Sebenarnya semangat masyarakat itu bagus dan luar biasa, mereka membuat kolam-kolam ikan menggunakan jaring-jaring. Kemudian berternak ikan. Cuman dengan cara seperti itu air tidak bisa diatur, begitu ada rob masuk semua. Ya akhirnya gagal," jelas Budi.
Kendati demikian, areal yang digenangi air justru dimanfaatkan warga untuk memancing. "Bukan cuma dari kota Pekalongan tok, tapi orang Semarang, orang Pemalang kadang ya ke sini. Ikannya memang banyak. Menariknya memang di situ, di balik bencana ada hiburan tersendiri biar ngga stres," imbuhnya.
Sayangnya, hal itu tak membantu penyelesaian masalah. Banyak rumah habis karena sudah ditinggikan beberapa kali. Karena menyangkut hak hidup masyarakat, maka Jeruk Sari menurut Budi membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah.
Oleh karena itu perhatian dan perlakuan khusus dari pemerintah sangat dibutuhkan. Sebab ini sudah menyangkut hak hidup masyarakat. Mata pencaharian sudah tidak ada, rumah tempat tinggalpun juga tidak layak huni. "Bukan hanya perhatian, tapi perlakuan khusus sesuai dengan hak-hak mereka, yakni Hak hidup," tandasnya.
Beruntung, warga Jeruk Sari tidak berputus asa, mereka justru berganti profesi menjadi kuli pasar di Kota Pekalongan hanya untuk bertahan hidup.
"Ya untung ada Kota Pekalongan yang menjadi penyangga, sehingga masyarakat di sini mencari nafkahnya di Kota Pekalongan sebagai kuli di pasar- pasar," sambungnya.
Pihak Desa Jeruk Sari sendiri telah mencanangkan beberapa program pemberdayaan masyarakat, namun terkendala minimnya sarana dan prasarana yang juga masih butuh perhatian khusus.
Namun ia berjanji akan senantiasa melibatkan masyarakat dalam setiap program pembangunan infrastuktur. Agar pemberdayaan masyarakat bisa digiatkan.
"Nah untuk ekonomi ini kan ditunjang dari yang pertama adalah infrasrtuktur. Infrastrukturnya tergarap, kemudian masyarakat diberdayakan," tutupnya. (ap3)