Oleh Dewi Sattriya Utami
PEKALONGAN dihadapkan dengan bencana banjir rob yang sudah menggenangi ke berbagai kelurahan. Menurut Sasmito Kepala BPBD Kota Pekalongan sudah 80% wilayah di Kota Pekalongan terendam banjir. Akibatnya sekitar 14 ribu jiwa ikut terdmapak.
Banjir rob di Kota Pekalongan bisa disebabkan karena tingginya gelombang air laut yang dipengaruhi oleh angin. Genangan air yang berada di pemukiman warga datang setiap pagi dan sore. Tentunya kondisi demikian menjadikan ruang tidak nyaman bagi mayarakat.
Tanpa disadari banjir rob yang dihadapi masyarakat Kota Pekalongan tidak serta merta karena gelombang air laut yang tinggi saja. Akan tetapi jika kita tarik lagi lebih dalam, bahwasanya banjir rob yang terjadi di Kota Pekalongan yang kian meluas akibat dari dampak perubahan iklim.
Tingginya muka air laut disebabkan dari pemanansan global. Sedangkan di Pekalongan kondisi banjir rob yang semakin meluas diperparah dengan terjadinya penurunan muka tanah di wilayah Kota Pekalongan hingga mencapai 34 cm per tahun.
Perubahan iklim yang terjadi menjadi perhatian bersama khususnya pemuda di Kota Pekalongan. Melihat tingginya permukaan air laut akibat pemanasan global telah merebut ruang nyaman masyarakat. Kota Pekalongan yang merupakan wilayah pesisir menjadi salah satu wilayah yang sangat merasakan dampak dari perubahan iklim nyata.
Tingginya permukaan air laut akibat perubahan iklim juga berdampak pada beberapa sektor yang ada di Kota Pekalongan, yakni; pendidikan, ekonomi, kesehatan dan pertanian. Pemuda Kota Pekalongan harus bisa ambil peran dalam menanggulangi perubahan iklim.
Kesadaran bersama antar pemuda sangat penting sekali dalam melihat perubahan iklim. Krisis iklim yang semakin meningkat harus bisa terbendung dengan peran pemuda yang harus aktif. Pemuda yang menjadi tulang punggung bangsa harus mampu andil dalam setiap persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia, khususnya di wilayah Kota Pekalongan.
Pemuda yang digadang-gadangkan menjadi agen perubahan, harus mampu berperan dalam menjadi pusat kemajuan bangsa. Pemuda juga diharapkan dapat menjadi agen pembangunan. Dalam hal ini pemuda harus mampu mengupayakan dan bertanggung jawab dalam kelancaran pembangun nasional dan daerah.
Pemuda yang harus bisa menjadi aktor perubahan bangsa, dengan demikian pemuda harus ikut andil dalam menyelesaikan permasalahn perubahan iklim yang sedang dihadapi oleh Kota Pekalongan.
Merujuk hasil laporan the intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyampaikan bahwasanya dari tahun 2011-2022 suhu permukaan global telah mencapai pada rata-rata 1,09 derajat celcius, dengan kanaikan suhu permukaan daratan sebesar 1,5 derajat celcius dan di permukaan lautan sebesar 0,89 derajat celcius. Suhu akan terus meningkat jika tidak ada kesadaaran untuk penuruan emisi gas rumah kaca.
Kesadaran yang demikian harus dilakukan oleh generasi muda untuk sadar dan berkontribusi dalam menekan Gas Rumah Kaca (GRK). Keterlibatan aktif pemuda dalam agenda pengendalian perubahan iklim, seperti mendorongan energi terbarukan dan ramah lingkungan dengan membatasi penggunaan kendara berbahan bakar fosil, dan dapat digalakan penghijauan dalam skala besar.
Keterlibatan pemudalah yang menentukan keberhasilan pencegahan perubahan iklim yang lebih parah. Perubahan iklim akibat dari perilaku manusia itu sendiri. Jika berjalannya waktu tidak ada keingin untuk mencegah keparahan perubahan iklim, makna lingkungan kita akan hancur dan tidak ada ditemukan lingkungan yang aman dan nyaman. Oleh karena itu pemuda bisa mulai kesadaran dan bisa menjadi aktor dari perubahan iklim. (*)
*) Penulis adalah Ketua Umum HMI Cabang Pekalongan.