"Bukan tidak mungkin risiko kematian juga akan tinggi," tegasnya.
Adib mengatakan yang terjadi juga dengan burnout bukan tidak mungkin akhirnya membuat kehilangan semangat sehingga mereka menaik diri. Meskipun, dia menegaskan pihaknya sangat tidak berharap hal ini terjadi.
"Menarik diri dari peperangan ini tentunya satu hal menurut kami jangan sampai terjadi," tegasnya.
Ia menegaskan lagi, IDI terus berupaya menumbuhkan semangat bagi para tenaga medis. Namun, ujar Adib, hal ini juga perlu dibarengi dengan upaya perlindungan.
Oleh karena itu, sekarang IDI konsentrasi membuat semacam buku standar perlindungan dokter.
"Serta membuat sistem informasi setiap kebutuhan teman-teman di daerah berkaitan dengan teman yang sakit apa yang dibutuhkan, dan apa yang bisa dibantu oleh pusat," kata dia.
Selama ini, Adib menambahkan, koordinasi-koordinasi semacam ini juga sudah dan terus dilakukan.
"Cuma terus terang kadang-kadang kita tidak tahu di daerah ada kawan yang sakit, di daerah ada teman yang berita kami terima sudah meninggal. Jadi, ada hal berkaitan sistem informasi yang kami bangun," ujarnya.
"Sehingga kami bisa punya data dari seluruh dokter di Indonesia, mana yang sakit yang dirawat, yang di-ICU, yang butuh therapy dari Jakarta misalnya. Ini menjadi konsentrasi kami ke depan," tutupnya. (boy/jpnn)