Batang - Aksi terorisme merupakan pengkhianatan terhadap ajaran dan nilai-nilai agama. Pasalnya, semua agama, apalagi Islam tidak pernah mengajarkan untuk berbuat kejahatan kepada sesama manusia, apalagi saudara seagama.
Penegasan tersebut disampaikan oleh Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Ahmad Nur Wahid saat menjadi pembicara Sarasehan Kebangsaan Bersama Forkopimda Batang di Pendopo, Kabupaten Batang, Sabtu (25/2/2023).
"Terorisme tidak ada kaitannya dengan agama, namun selalu memakai kedok agama mayoritas yang ada di sebuah negara untuk melancarkan aksinya," tegas Brigjen Pol Ahmad Nur Wahid.
Dijelaskan, latar belakang pelaku terorisme di suatu negara sebagian besar dilakukan oleh umat mayoritas di wilayah tersebut. Seperti aksi terorisme di wilayah Papua yang membakar masjid di Tolikara, palakunya beraga Kristen, karena itu agama mayoritas disana.
"Aksi terorisme di Myanmar pelakunya adalah seorang oknum biksu yang sangat provokatif dan radikal, sehingga ribuan umat muslim Rohingya harus eksodus, terusir dari tempat tinggalnya. Kalau aksi terorisme di Irlandia Utara yang warganya mayoritas Katolik, maka para pelakunya adalah oknum yang beragama Katolik. Di Sri Lanka ataupun India di sana pelakunya oknum yang beragama Hindu, karena itu mayoritas agama disaja," jelas pria yang akrab dipanggil Gus Jenderal ini.
Dijelaskan, semua pelaku aksi terorisme dapat dipastikan memiliki paham radikal. Namun tidak serta merta mereka yang terpapar paham radikal akan otomatis menjadi teroris.
Mereka baru dikatakan teroris jika setelah berpaham radikal dan masuk ke dalam jaringan teror serta bersiap ataupun sudah melakukan aksi teror pada masyarakat.
"Untuk mencegah terjadinya aksi terorisme, Tim Densus 88 melakukan pengamanan terhadap mereka yang dicurigai akan melakukan aksi teror. Alat bukti atau dasar penangkapannya sendiri diantaranya, orang tersebut sudah mengucapkan baiat atau ikrar sumpah kepada pemimpin mereka. Mulai mengatur strategi untuk melancarkan teror, ikut latihan perang hingga merakit bahan peledak dan penggalangan dana. Jika dua unsur saja terpenuhi, maka densus bisa melakukan penangkapan," bebernya.
Sementara itu Pj Bupati Batang Lani Dwi Rejeki menambahkan, sarasehan wawasan kebangsaan dan bela negara digelar untuk mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Hal itu untuk saar ini sangat diperlukan di Kabupaten Batang dan Indonesia.
"Bangsa Indonesia adalah negara majemuk dengan berbagai latar belakang suku, ras dan agama. Namun diikat dengan slogan Bhinneka Tunggal Ika dan ideologi Pancasila. Sehingga kita harus terus menjaga persatuan dan kesatuan guna mencegah upaya untuk memecah belah bangsa ini," tandas Lani Dwi Rejeki. (don)