Saat anak sakit atau tantrum orang tua kadang menjadi panik, terutama saat merasa tidak bisa meng-handle masalah tersebut. Padahal paniknya orang tua bisa berpengaruh kepada anak. Misalnya saat tantrum dan orang tua justru ikut memarahi anak saking paniknya.
Hal itu sangat percuma karena yang dibutuhkan sebenarnya adalah ketenangan. Sebisa mungkin orang tua memiliki emosi yang lebih tenang, sehingga saat anak tantrum maka orang tua bisa ikut membantu menenangkan dan membantu mereka memahami emosinya.
BACA JUGA:Cobain Yuk, 7 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional Ini Akan Membuat Hidupmu Lebih Damai
Tunggu agar mereka sedikit mereda, kemudian ajak bicara. Berikan senyuman dan pelukan, serta penjelasan tentang apa yang mereka alami.
5. Terlalu Banyak Menakut-Nakuti dan Mengancam Anak
Dari sekian dosa besar orang tua saat membesarkan anak, mungkin hal inilah yang paling buruk. Anak yang tumbuh dengan rasa takut karena ancaman yang diberikan sangat mungkin memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah.
Sekalipun ancaman orang tua pada anak usia balita misalnya, adalah untuk mendisiplinkan anak, kebiasaan itu akan membuat anak berhenti mengeksplor hal baru, apa yang ingin mereka ketahui, bahkan kreativitasnya mandek.
Anak tumbuh menjadi penurut tapi penuh dengan ketakutan. Kelak saat dewasa, ia bisa saja penjadi seorang pemalu yang takut mencoba tantangan baru dan memilih untuk selalu berada di tempat yang menurutnya aman.
6. Permisif
Orang tua yang terlalu banyak memberikan ijin kepada anak juga bisa menjadi boomerang. Mereka bisa tumbuh dengan seenaknya tanpa memperhatikan risiko dari sesuatu yang diperbuat. Bahkan bisa jadi sulit mematuhi aturan, manja, dan kurang pandai mengontrol diri.
7. Otoriter
Sikap otoriter orang tua adalah kebalikan dari permisif. Orang tua yang otoriter akan mendikte apapun keputusan dan jalan hidup anaknya. Mereka bisa tumbuh seperti di penjara, penuh ketakutan, dan rendah diri karena tidak pernah memiliki kesempatan untuk memilih.
Dari semua dosa besar orang tua saat membesarkan anak tersebut, komunikasi bisa menjadi jembatan yang baik. Sekalipun masih usia balita, TK, atau sekolah dasar. (*)