RADARPEKALONGAN - Stroke merupakan defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba disebabkan oleh gangguan vaskular berupa kekurangan suplai oksigen ke otak yang berlangsung lebih dari 24 jam sehingga mengakibatkan kerusakan atau nekrosis jaringan otak.
Stroke hemoragik maupun non hemoragik dapat menyebabkan masalah atau gangguan pada penderita stroke baik fisik maupun psikis sesuai dengan lokasi kerusakannya.
Stroke hemoragik maupun non hemoragik dapat menyebabkan masalah atau gangguan pada penderita stroke baik fisik maupun psikis sesuai dengan lokasi kerusakannya. Untuk itu, penderita stroke harus menjalani masa pemulihan yang jangka waktunya relatif lama.
Secara umum, problematik pada pasien stroke yaitu hemiparese atau hemiplegi anggota gerak (biasanya hanya salah satu sisi tubuh), gangguan tonus otot yaitu flaccid (hipotonus) atau spastik (hipertonus), gangguan sensorik, depresi, postural alignment/postural control, gangguan keseimbangan (biasanya akibat imobilisasi, gangguan sensasi dan gangguan persepsi spasial), gangguan pola berjalan, depresi dan gangguan kemampuan fungsional serta aktivitas sehari-hari.
BACA JUGA:Tanamkan Rasa Empati Kepada Sesama, Dinarpus Ajarkan Siswa Bahasa Isyarat
BACA JUGA:Orang Tua Wajib Tahu! Inilah 7 Kendala yang Sering Dihadapi Anak Saat Ingin Masuk SD
Untuk mengatasi problematik tersebut, salah satu tindakan fisioterapi pada pasien stroke yaitu terapi latihan atau exercise therapy yang merupakan salah satu intervensi atau tindakan fisioterapi yang memfokuskan pada latihan gerak atau kegiatan fisik baik secara aktif maupun pasif yang sistematik, direncanakan, terstruktur serta berulangulang dengan pola gerakan yang benar untuk tujuan tertentu yaitu memberikan informasi yang benar pada otak, mengembalikan fungsi muskuloskeletal ke normal akibat cedera atau penyakit, mencegah kerusakan fungsi, mencegah faktor resiko kesehatan, mengoptimalkan status kesehatan dan kebugaran serta meningkatkan kemampuan fungsional.
Berkaitan dengan hal tersebut maka Tim PkM dari Fakultas Ilmu Kesehatan mengadakan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) tentang pendampingan kader Kesehatan Peduli Palliatif (KAK LIA) terkait Exercise Therapy pada pasien pasca stroke yang dirawat dirumah.
Ketua tim PKM Isrofah, S. Kep., Ns., M.Kep kegiatan ini bertujuan untuk memberikan memberikan informasi yang benar pada otak, mengembalikan fungsi muskuloskeletal ke normal akibat cedera atau penyakit, mencegah kerusakan fungsi, mencegah faktor resiko kesehatan, mengoptimalkan status kesehatan dan kebugaran serta meningkatkan kemampuan fungsional Kegiatan ini diikuti oleh 20 kader.
"Pelayanan fisioterapi sangat berperan penting terhadap pasien stroke sesuai dengan tahapan kondisinya baik dalam masa perawatan di rumah sakit maupun masa pemulihan dengan tujuan untuk mencapai kemampuan fungsional secara optimal dan mandiri," ungkap Isrofah.
Fase penyembuhan pada pasien stroke ada 3 tahapan yaitu fase penyembuhan pada pasien stroke terbagi menjadi 3 yaitu flaccid atau hipotonus (fase 1), spastisitas atau hipertonus (fase 2-5) dan penyembuhan (fase 6).
Penanganan umum Fisioterapi Pada Kondisi Stroke Non Hemoragik ada 3 tahapan yaitu tahap akut tujuan pada tahap akut yaitu mencegah pengabaian terhadap sisi sakit, menghambat perkembangan pola sinergis, mencegah komplikasi sekunder, menjaga fisiologis kardiorespirasi, meningkatkan kemampuan fungsional, edukasi bagi pasien dan keluarga.
"Pelayanan fisioterapi pada tahap ini yaitu pengaturan posisi, chest fisioterapi, weight bearing, dan edukasi kepada pasien dan keluarga serta Mobilisasi dan stretching juga dapat membantu mempertahankan dan memelihara fisiologis jaringan otot agar tidak tightness dan dapat diajarkan kepada kerabat pasien," imbuhnya.
Ditambahkan, tahap Spastik tujuan pada tahap ini yaitu normalisasi tonus, pengembangan pola fungsional yang normal, pencegahan kontraktur dan deformitas, pasien mandiri secara fungsional dan mencapai keamanan pasien.
Pada tahap spastik perlu dilakukan terapi seperti normalisasi tonus otot dengan tujuan mengurangi spastik dan secara bersamaan memperkuat otot antagonis yang lemah. Normalisasi tonus otot dapat menggunakan teknik seperti latihan gerak pasif, mobilisasi sendi daerah yang terjadi kelemahan, latihan bridging dengan bantuan sisi yang sehat dan ditingkatkan dengan fasilitasi yaitu menggunakan metode assisted exercise.