Bukan karena menjadikan singkong sebagai makanan favorit, julukan ini hadir untuk mendeskripsikan bahwa Chairul Tanjung merupakan orang pinggiran yang ada pada masa itu.
Ia memuai bisnisnya pada masa kuliah yang awalnya bertujuan untuk pembiayaan studinya. Mulai dari berjualan kaus hingga bisnis fotokopi pernah dijalaninya. Chairul juga pernah berada di situasi kebangkrutan saat mencoba menjalankan usaha toko alat laboratorium dan kedokteran.
Menyadari adanya naluri bisnis yang terus berkembang dalam dirinya, Chairul Tanjung memilih untuk fokus merintis bisnis setelah dinyatakan lulus dari pendidikan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Meski menapaki jalan yang tidak bisa sepenuhnya dikatakan mulus, Chairul Tanjung mendirikan PT Pariarti Shidutama bersama ketiga rekannya pada 1987 dengan modal awal sebesar Rp 150 juta hasil pinjaman dari Bank Exim. Melalui perusahaan ini, Chairul mulai memproduksi sepatu anak-anak untuk kemudian diekspor.
Namun, adanya perbedaan pandangan tentang visi ekspansi membuat Chairul memilih berpisah dari rekannya dan mendirikan usahanya sendiri.
Berkat kepiawaiannya membangun relasi, Chairul Tanjung mendapatkan kelancaran dalam membangun hubungan dengan klien, sponsor, hingga rekan bisnis yang luas. Hingga saat ini, Chairul Tanjung sudah sukses dengan PT Corp yang terdiri dari tiga perusahaan sub holding yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resource yang meliputi layanan finansial, ritel, media, hiburan, gaya hidup, dan sumber daya alam.
Bermula dari kalangan sederhana yang bahkan harus bertahan hidup di sepetak kamar sempit, Chairul Tanjung Si Anak Singkong berhasil menjadi pengusaha sukses yang berpengaruh di Indonesia. Ini menjadi isyarat bahwa bisa jadi, kamu akan menjadi Chairul Tanjung selanjutnya dengan mengadopsi kegigihannya dalam berbisnis. (*)