Mengetahui murka Allah SWT kepadanya, Musa bertanya:
‘Ya Rabbi, bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengannya?’ Maka dijawab, ‘Bawalah seekor ikan yang kamu masukkan ke dalam suatu tempat, di mana ikan itu menghilang, maka di situlah hamba-Ku itu berada.’
Pergilah Musa bersama seorang nelayan bernama Yusya’ bin Nun dengan membawa seekor ikan yang diletakkan di suatu wadah.
Saat tengah beristirahat, ikat itu melompat dari wadahnya ke laut. Di situlah keduanya bertemu dengan Nabi Khidir.
Nabi Musa yang sudah berekspektasi untuk bertemu Nabi Khidir pun bertanya kepadanya:
Musa berkata kepadanya,
“Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?” (Q.S. Al-Kahfi: 66)Nabi Khidir takut bahwa Nabi Musa tidak akan sabar menghadapinya. Karena Nabi Musa sendiri tidak memiliki cukup ilmu tentang apa yang ingin ia pelajari dari Nabi Khidir.
Lalu Nabi Khidir menjawab:
“Dia menjawab, ‘Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?'” (Q.S. Al-Kahfi: 67-68).Dengan menyebut nama Allah SWT, Nabi Musa akan bersabar dan tidak menanyakan satu hal pun atau menentangnya dalam urusan apa pun.
Dan Nabi Khidir pun setuju. Dia membiarkan Nabi Musa menjadi muridnya, dengan syarat bahwa Nabi Musa tidak mempertanyakan satu pun tindakan yang dia lakukan sampai dia sendiri yang menjelaskannya pada Nabi Musa.
BACA JUGA: Kisah Teladan Sahabat Nabi: Zubair bin Awwam, Panglima Perang sekaligus Pengawal Pribadi Rasulullah
Ketidaksabaran Nabi Musa
Saat beliau mengikuti Nabi Khidir, sedikit banyak Nabi Musa dibuat heran dan kaget.
Satu kejadian saat mereka berjalan bersama adalah saat Nabi Khidir melubangi sebuah perahu dan seolah berniat merusaknya.
Nabi Musa kemudian bertanya, mengapa dilubanginya perahu ini. Dan Nabi Khidir berbalik menegurnya atas kekhilafan yang Nabi Musa buat.
“Maka berjalanlah keduanya, hingga ketika keduanya menaiki perahu lalu dia melubanginya. Dia (Musa) berkata, ‘Mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.’ “ (Q.S. Al-Kahfi: 71).