Selain itu, Anggawira beralasan mendukung gerakan pilpres sekali putaran sebab dapat menghemat waktu, biaya, serta menghindari terjadinya polarisasi di masyarakat.
Anggawira menjelaskan dana yang dibutuhkan untuk pilpres dua putaran dibutuhkan sekitar Rp 17 triliun, anggaran tersebut akan lebih bermanfaat jika dialokasikan untuk program lain.
“Yang jelas kan secara efisiensi bisa lebih cepat ya, hemat biaya karena kan Rp 17 triliun kalau dana itu bisa digunakan ke hal-hal yang lain kan lebih positif,” urainya.
Dikatakan Anggawira, dari sisi waktu juga lebih efisien dan memberikan kepastian, karena para pengusaha atau investor untuk memutuskan atau menjalankan roda bisnisnya membutuhkan kondisi ekonomi dan politik yang kondusif.
“Pelaku ekonomi juga sudah tahu mau ngapain pemilu sudah selesai yang jelas. Lainnya menghindari polarisasi kalau head to head nanti terjadi polarisasi lagi kayak 2019 jadi nanti kurang kondusif lah kita sudah belajar kemarin,” tuntasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Gerakan Sekali Putaran (GSP) M. Qodari menjelaskan bahwa pilpres 2024 sekali putaran memberikan banyak manfaat, baik dari sisi waktu, hemat biaya dan lebih damai.
Sehingga bisa memberikan kepastian politik dan terhindar dari potensi polarisasi ekstrem seperti yang terjadi pada momentum politik sebelumnya.
Pilpres 2024 sekali putaran juga bisa menghemat biaya hingga Rp 17 triliun. Uang itu nantinya bisa digunakan untuk kebutuhan yang lebih mendesak, termasuk pemberian subsidi kepada rakyat yang membutuhkan.
Kemudian, secara politis, pemilu satu putaran bisa menjaga kestabilan dalam negeri dan juga meminimalisasi ancaman polarisasi di masyarakat.
"Saya melihat potensi polarisasi ini besar sekali karena begitu calon cuma dua, maka akan berhadap-hadapan termasuk isu primordial dan isu agama akan muncul,” kata Qodari. (*)